POKOK-POKOK
MATERI
- Definisi istiqomah baik secara
etimologi maupun terminologi
- Dasar dan dalil-dalil istiqomah
- Faktor-faktor yang melahirkan
istiqomah
- Dampak dan buah istiqomah
- Manifestasi istiqomah
MUKADIMAH
Setiap muslim
yang telah berikrar bahwa Allah Rabbnya, Islam agamanya dan Muhammad rasulnya,
harus senantiasa memahami arti ikrar ini dan mampu merealisasikan
nilai-nilainya dalam realitas kehidupannya. Setiap dimensi kehidupannya harus
terwarnai dengan nilai-nilai tersebut baik dalam kondisi aman maupun terancam.
Namun dalam realitas kehidupan dan fenomena umat, kita menyadari bahwa tidak
setiap orang yang memiliki pemahaman yang baik tentang Islam mampu
meimplementasikan dalam seluruh sisi-sisi kehidupannya. Dan orang yang mampu
mengimplementasikannya belum tentu bisa bertahan sesuai yang diharapkan Islam,
yaitu komitmen dan istiqomah dalam memegang ajarannya dalam sepanjang
perjalanan hidupnya.
Maka istiqomah
dalam memegang tali Islam merupakan kewajiban asasi dan sebuah keniscayaan bagi
hamba-hamba Allah yang menginginkan husnul khatimah dan harapan-harapan
surgaNya. Rasulullah saw bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه و
سلم: "قاربوا وسد د وا واعلموا أنه لن ينجو أحد منكم بعمله"، قالوا: ولا
أنت يا رسول الله؟ قال: "ولا أنا إلا أن يتغمد ني الله برحمة منه وفضل"
رواه مسلم
“Rasulullah
saw bersabda: “Berlaku moderatlah dan beristiqomah, ketahuilah sesungguhnya
tidak ada seorangpun dari kalian yang selamat dengan amalnya. Mereka bertanya:
“Dan juga kamu Ya … Rasulullah, Beliau bersabda: “Dan juga aku (tidak selamat
juga) hanya saja Allah swt telah meliputiku dengan rahmat dan anugerahNya.” (HR
Muslim dari Abu Hurairah)
Istiqomah bukan
hanya diperintahkan kepada manusia biasa saja, akan tetapi istiqomah ini juga
diperintahkan kepada manusia-manusia besar sepanjang sejarah peradaban dunia,
yaitu para Nabi dan Rasul. Perhatikan ayat berikut ini;
“Maka tetaplah
(istiqomahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu
dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(QS 11:112)
DEFENISI
Istiqomah adalah
anonim dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa berarti
berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqomah
dari kata “qooma” yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqomah
berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia , istiqomah diartikan
sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Secara
terminologi, istiqomah bisa diartikan dengan beberapa pengertian berikut ini;
-Abu Bakar
As-Shiddiq ra ketika ditanya tentang istiqomah ia menjawab; bahwa istiqomah
adalah kemurnian tauhid (tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa dan
siapapun)
-Umar bin
Khattab ra berkata: “Istiqomah adalah komitment terhadap perintah dan
larangan dan tidak boleh menipu sebagaimana tipuan musang”
-Utsman bin
Affan ra berkata: “Istiqomah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah swt”
-Ali bin Abu
Thalib ra berkata: “Istiqomah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”
-Al-Hasan
berkata: “Istiqomah adalah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksitan”
-Mujahid
berkata: “Istiqomah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu
dengan Allah swt”
-Ibnu Taimiah
berkata: “Mereka beristiqomah dalam mencintai dan beribadah kepadaNya tanpa
menengok kiri kanan”
Jadi muslim yang
beristiqomah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan aqidahnya
dalam situasi dan kondisi apapun. Ia bak batu karang yang tegar menghadapi
gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau
mengalami futur dan degradasi dalam perjalanan dakwah. Ia senantiasa sabar
dalam menghadapi seluruh godaan dalam medan
dakwah yang diembannya. Meskipun tahapan dakwah dan tokoh sentralnya mengalami
perubahan. Itulah manusia muslim yang sesungguhnya, selalu istiqomah dalam
sepanjang jalan dan di seluruh tahapan-tahapan dakwah.
DALIL-DALIL DAN DASAR ISTIQOMAH
Dalam Al-Quran
dan Sunnah Rasulullah saw banyak sekali ayat dan hadits yang berkaitan dengan
masalah istiqomah di antaranya adalah;
“Maka tetaplah
(istiqomahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu
dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(QS 11:112)
Ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa Rasullah dan
orang-orang yang bertaubat bersamanya harus beristiqomah sebagaimana yang telah
diperintahkan. Istiqomah dalam mabda (dasar atau awal pemberangkatan), minhaj
dan hadaf (tujuan) yang digariskan dan tidak boleh menyimpang dari
perintah-perintah ilahiah.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan
kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut
dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu".
“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan
akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa
yang kamu inginkan dan memperoleh (pula)
apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”(QS 41: 30-32)
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialahAllah", kemudian mereka
tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada
(pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di
dalamnya;
sebagai balasan
atas apa yang telah mereka kerjakan.(QS 46:13-14)
Empat ayat
diatas menggambarkan urgensi istiqomah setelah beriman dan pahala besar yang
dijanjikan Allah SWT seperti hilangnya rasa takut, sirnanya kesedihan dan surga
bagi hamba-hamba Allah yang senantiasa memperjuangkan nilai-nilai keimanan
dalam setiap kondisi atau situasi apapun. Hal ini juga dikuatkan beberapa
hadits nabi di bawah ini;
"قلت:
يا رسول الله قل لي في الإسلام قولا لا أسأل عنه أحدا غيرك. قال: "قل : آمنت
با لله ثم استقم" رواه مسلم
“Aku
berkata: “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam yang
aku tidak akan bertanya kepada seorangpun selain engkau. Beliau bersabda:
“Katakanlah : “Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqomahlah (jangan
menyimpang).” (HR Muslim dari Abu ‘Amarah Sufyan bin Abdullah)
“Rasulullah saw
bersabda: “Berlaku moderatlah dan beristiqomah, ketahuilah sesungguhnya tidak
ada seorangpun dari kalian yang selamat dengan amalnya. Mereka bertanya: “Dan
juga Anda Ya … Rasulullah, Beliau bersabda: “Dan juga aku (tidak selamat juga)
hanya saja Allah swt telah meliputiku dengan rahmat dan anugerahNya.” (HR
Muslim dari Abu Hurairah)
Selain ayat-ayat
dan beberapa hadits di atas, ada beberapa pernyataan ulama tentang urgensi
istiqomah sebagaimana berikut;
Sebagian orang-orang arif berkata: “Jadilah kamu orang yang memiliki istiqomah, tidak menjadi orang
yang mencari karomah. Karena sesungguhnya dirimu bergerak untuk mencari karomah
sementara Robbmu menuntutmu untuk beristiqomah.”
Syekh
Al-Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sebesar-besar
karomah adalah memegang istiqomah.”
FAKTOR-FAKTOR
YANG MELAHIRKAN ISTIQOMAH
Ibnu Qoyyim
dalam “Madaarijus Salikiin” menjelaskan bahwa ada enam faktor yang mampu
melahirkan istiqomah dalam jiwa seseorang sebagaimana berikut;
-Beramal dan
melakukan optimalisasi
“Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu
Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu
dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas
dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah.
Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik
Penolong.” (QS 22:78)
-Berlaku
moderat antara tindakan melampui batas dan menyia-nyiakan
“Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.” (QS 25:67)
Rasulullah saw
bersabda kepada Abdullah bin Amr bin Al-Ash:
“Wahai Abdullah bin Amr, sesungguhnya setiap orang yang beramal memeliki
puncaknya dan setiap puncak akan menglami kefuturan (keloyoan). Maka barang
siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada Sunnah, maka ia beruntung dan
barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepda bid’ah, maka ia akan
merugi”(HR Imam Ahmad dari sahabat anshor)
-Tidak
melampui batas yang telah digariskan ilmu pengetahuannya
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai
pertanggung jawaban.” (QS 17:36)
-Tidak menyandarkan
pada faktor kontemporal, melainkan bersandar pada sesuatu yang jelas
-Ikhlas
“Padahal mereka
tidak disuruh melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang
lurus.” (QS
98:5)
-Mengikuti
Sunnah, Rasulullah saw bersabda: “Siapa diantara
kalian yang masih hidup sesudahku maka dia pasti akan melihat perbedaan yang
keras, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para Khalifah
Rasyidin (yang lurus), gigitlah ia dengan gigi taringmu.”(Abu Daud dari
Al-Irbadl bin Sariah)
Imam Sufyan
berkata: “Tidak diterima suatu perkataan kecuali
bila ia disertai amal, dan tidaklah lurus perkataan dan amal kecuali dengan
niat, dan tidaklah lurus perkataan, amal dan niat kecuali bila sesuai dengan
sunnah.”
DAMPAK POSITIF DAN BUAH
ISTIQOMAH
Manusia muslim
yang beristiqomah dan yang selalu berkomitmen dengan nilai-nilai kebenaran
Islam dalam seluruh aspek hidupnya akan merasakan dampaknya yang positif dan
buahnya yang lezat sepanjang hidupnya. Adapun dampak dan buah istiqomah sebagai
berikut;
a-Keberanian
(Syaja’ah)
Muslim yang
selalu istiqomah dalam hidupnya ia akan memiliki keberanian yang luar biasa. Ia
tidak akan gentar menghadapi segala rintangan dakwah. Ia tidak akan pernah
menjadi seorang pengecut dan pengkhianat dalam hutan belantara perjuangan.
Selain itu jugaberbeda dengan orang yang di dalam hatinya ada penyakit nifaq
yang senantiasa menimbulkan kegamangan dalam melangkah dan kekuatiran serta
ketakutan dalam menghadapi rintangan-rintangan dakwah. Perhatikan firman Allah SWT
dalam surat
Al-Maidah ayat 52 di bawah ini;
“Maka kamu
akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik)
bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami
takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan
kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka
karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri
mereka.”
Dan kita bisa
melihat kembali keberanian para sahabat dan para kader dakwah dalam hal ini;
-Ketika
Rasulullah saw menawarkan pedang kepada para sahabat dalam perang Uhud,
seketika Abu Dujanah berkata: “Aku yang akan memenuhi haknya, kemudian membawa
pedang itu dan menebaskan ke kepala orang-orang musyrik.” (HR Muslim)
-Pada saat
seorang sahabat mendapat jawaban dari Rasulullah saw bahwasanya ia masuk surga
kalau mati terbunuh dalam medan
pertempuran, maka ia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya lagi seraya melempar
kurma yang ada di genggamannya kemudian ia meluncur ke medan pertempuran dan akhirnya mendapatkan
apa yang diinginkan yaitu, syahadah (mati syahid). (Muttafaqun Alaih)
-Rasulullah saw
bersabda kepada Ali bin Abu Thalib setelah ia menerima bendera Islam dalam
peperangan Khaibar sebagai berikut: “Jalanlah, jangan menoleh sehingga Allah SWT
memberikan kemenangan kepada kamu.” Lantas Ali berjalan, kemudian berhenti
sejenak dan tidak menoleh seraya bertanya dengan suara yang keras; “Ya
Rasulullah atas dasar apa aku memerangi manusia?” Beliau bersabda: “Perangi
mereka sampai bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah……” (HR Muslim)
Inilah gambaran
keberanian para sahabat yang lahir dari keistiqomahannya yang harus diteladani
oleh generasi-generasi penerus dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan
dan keindahan Islam.
b-Ithmi’nan
(ketenangan)
Keimanan seorang
muslim yang telah sampai pada tangga kesempurnaan akan melahirkan tsabat dan
istiqomah dalam medan
perjuangan. Tsabat dan istiqomah sendiri akan melahirkan ketenangan, kedamaian
dan kebahagian. Meskipun ia melalui rintangan dakwah yang panjang, melewati
jalan terjal perjuangan dan menapak tilas lika-liku belantara hutan perjuangan.
Karena ia yakin bahwa inilah jalan yang pernah ditempuh oleh hamba-hamba Allah
yang agung yaitu para Nabi, Rasul, generasi terbaik setelahnya dan generasi
yang bertekad membawa obor estafet dakwahnya. Perhatikan firman Allah di bawah
ini;
“Dan berapa
banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut
(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa
mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepadamusuh).
Allah menyukai orang-orang yang sabar.”(QS 3:146)
“Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.”(QS 6:82)
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS
13:28)
c-Tafa’ul
(optimis)
Keistiqomahan
yang dimiliki seorang muslim juga melahirkan sikap optimis. Ia jauh dari sikap
pesimis dalam menjalani dan mengarungi lautan kehidupan. Ia senantiasa tidak
pernah merasa lelah dan gelisah yang akhirnya melahirkan frustasi dalam
menjalani kehidupannya. Kefuturan yang mencoba mengusik jiwa, kegalauan yang
ingin mencabik jiwa mutmainnahnya dan kegelisahan yang menghantui benaknya akan
terobati dengan keyakinannya kepada kehendak dan putusan-putusan ilahiah. Hal
ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh beberapa ayat di bawah ini;
“Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu,
dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS
57:22-23)
“Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(QS 12: 87)
Ibrahim
berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali
orang-orang yang sesat".(QS 15:56 )
Maka dengan tiga
buah istiqomah ini, seorang muslim akan selalu mendapatkan kemenangan dan
merasakan kebahagiaan, baik yang ada di dunia maupun yang dijanjikan nanti di
akherat kelak. Perhatikan ayat di bawah ini;
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat;di dalamnya kamu memperoleh
apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta.Sebagai
hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS
41:30-32)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar