Minggu, 21 September 2014

MA’RIFATUL ISLAM


D.1. MAKNA ISLAM

Sasaran Pembelajaran :
þ Memahami dasar-dasar yang membentuk istilah Islam serta mampu membedakan dari dasar-dasar konsep hidup yang lain.
þ Memahami bahwa Islam adalah tunduk kepada wahyu yang diturunkan kepada para nabi sebagai aturan yang merupakan jalan lurus menuju keselamatan kehidupan dunia dan akhirat.
þ Menyadari bahwa Islam adalh pedoman hidup dari Allah yang tinggi dan tiada kerendahan di dalamnya.
 
Sinopsis :
Islam secara etimologis memiliki makna :
§ menundukkan wajah (QS. 4 : 125)
§ berserah diri (QS. 3 : 83)
§ suci, bersih (QS. 26 : 89)
§ selamat, sejahtera (QS. 6 : 54)
§ perdamaian (QS 47 :35)

Dengan pengertian secara etimologis ini dapat disimpulkan bahwa Islam memiliki sifat yang dibawanya yaitu berserah diri dan wujud perdamaian. Manakala kalimat Islam didalam Al Qur’an disebut disebut sebagai diin (QS. 3 : 19, 85) yang berarti suatu manhaj. Sistem dan aturan hidup yang menyeluruh dan lengkap. Dengan demikian, kalimat Islam adalah ketundukkan, wahyu ilahi (QS. 53 :4, 21 :7), diin keselamatan dunia-akhirat. Kesimpulan dari makna-makna tersebut : Islam adalah panduan hidup yang lengkap bagi manusia, dengan berserah diri dan tunduk maka ia akan mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian dunia dan akhirat. Akhirnya, Rasulullah bersabda bahwa Islam itu tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya. Islam itu tinggi dan akan dimenangkan ke atas semua agama, kepercayaan dan ideologi (QS. 48 : 28, 9 : 33).

Ringkasan dalil :
Makna Etimologis Islam
§ menundukkan wajah (QS. 4 : 125)
§ berserah diri (QS. 3 : 83)
§ suci, bersih (QS. 26 : 89)
§ selamat, sejahtera (QS. 6 : 54)
§ perdamaian (QS 47 :35)
Kalimat Islam sebagai Diin (QS. 3 : 19, 85)
§ tunduk
§ wahyu ilahi (QS. 53 :4, 21 :7)
§ diin para nabi dan rasul (QS. 2 : 136, 3 : 84)
§ hukum-hukum Allah (QS. 5 : 48-50)
§ jalan yang lurus (QS. 6 : 153)
§ keselamatan dunia akhirat (QS. 16 : 97, 2 : 200, 28 : 77)
Islam tinggi dan tak ada kerendahan di dalamnya.


D.2. ISLAM WA SUNNATULLAH

Sasaran :
þ Memahami dan menyadari fithrah alam semesta yang mengikuti sunnatullah : Islam adalah asas alam semesta.
þ Memahami bahwa syari’at Muhammad saw adalah sunnatullah yang sesuai dengan sifat alam semesta tersebut.
þ Menyadari bahwa menerima Islam adalah kembali kepada fithrah, sedangkan menolak Islam berarti menolak fithrah manusia dan alam semesta.

Sinopsis :
Allah swt sebagai khaliq memiliki kewajiban dan hak mutlak untuk menentukan aturan bagi kepentingan dan kebaikan manusia serta makhluq lainnya. Aturan yang Allah tentukan berupa Islam dan mendatangkan rasul sebagi uswah dan teladan yang diperuntukkan bagi manusia. Mereka yang mengikuti aturan tersebut disebut adalah Muslim dan yang tidak mengikutinya disebut kafir.
Allah swt selain menciptakan manusia juga menciptakan alam semesta dan seisinya. Ketertiban, keteraturan dan keselamatan perjalanan kehidupan alam ini berlaku dengan sunnah kauniyah yang Allah berikan kepadanya. Seluruh alam semesta tunduk, bersujud, bertahmid dan berislam kepadaNya. Alam semesta tak ada yang kafir, mereka semuanya muslim dan berserah diri kepada Allah dengan mengikuti segala aturannya.
Islam merupakan sunnatullah dan ditetapkan kepada alam dan manusia. Sunnatullah kepada alam bersifat mutlak, langgeng dan kontinyu yang merupakan taqdir kauni dalam tunduk kepada Allah. Sedangkan sunnatullah kepada manusia berupa hidayah yang Allah berikan. Hidayah inipun bergantung kepada kehendak dan ikhtiar manusia serta merupakan taqdir syar’i. Kemudian sikap manusia terbagi menjadi dua : menerimanya (muslim) dan menolaknya (kafir).

Hasiyah :
Ringkasan Dalil :
§ Allah pencipta (QS. 59 : 23) yang menciptakan alam (QS. 25 : 2) dan menentukan aturan (QS. 25 : 2, 54 : 59, 15 : 20).
§ Seluruh alam semesta sujud, tasbih, tahmid (QS. 13 : 15, 22 : 18, 6 : 50, 59 : 1, 64 : 1, 24 : 41, 17 : 44)
§ Al Khaliq menurunkan taqdir syar’I (QS. 6 : 153, 45 : 18).
§ Islam sebagai Diin (3 : 19, 85)
§ Rasul sebagai contoh pelaksanaan diin kepada manusia (QS. 33 : 21)
§ Ada yang menerima (disebut muslim) sesuai dengan alam semesta, ada yang menolak (disebut kafir) subversif di alam semesta.
§ Akam semesta memiliki sifat tunduk kepada Allah secara mutlak

D.3.1.  SYUMULIYATUL ISLAM

Sasaran :
þ Memahami sifat-sifat dasar Islam sebagai diin yang sempurna, penuh nikmat, diridhai dan sesuai dengan fithrah.
þ Memahami sifat interaksi yang tepat dengan sifat-sifat Islam tersebut.
þ Menyadari Islam sebagai suatu kekuatan lahir batin.

Sinopsis :
Islam memiliki sifat-sifat dasar yaitu kesempurnaan, penuh nikmat, diridhai dan sesuai dengan fithrah.
Sebagai agama, sifat-sifat ini dapat dipertanggungjawabkan dan menjadikan pengikutnya dan penganutnya tenang, selamat dan bahagia.
Muslim menjadi selamat karena Islam diciptakan sebagai diin yang sempurna. Ketenangan yang dirasakan seorang Muslim karena Allah memberikan segenap rasa nikmat kepada penganut Islam, lalu kepada mereka yang mengamalkan Islam karena sesuai dengan fithrahnya.

Hasiyah :

Ringkasan Dalil :
Sifat-sifat Islam :
§ Diinul Kamil (QS. 3 : 5), aqidah tetap (QS. 2 : 133, 21 : 7), syari’at tetap dan fleksibel (QS. 2: 286, 5 : 3).
§ Diinul Ni’mat (QS. 3 : 5), akal(QS. 31 : 20), fithrah (QS. 30 : 30), tradisi (QS. 49 : 7) sehingga Islam merupakan kebutuhan.
§ Diinur Ridha (QS. 3 : 5) dalam memeluk (QS. 49 : 15) dan komitmen (QS. 48 : 50) sehingga diterima Allah dengan penuh keridhaan dan diridhai (QS. 89 : 27-28).
§ Diinul Fithrah (QS. 30 : 30) berjalan sesuai fithrah : menjaga (QS. 24 : 30, 33 : 59), memelihara(QS. 24 : 32), mengembangkan dan mengarahkan (QS. 4 : 1-2).
§ Diin yang kuat dan tak terkalahkan


D.3.2.  SYUMULIYATUL ISLAM

Sasaran :
þ Memahami gambaran menyeluruh dari Islam sebagai asas bina, maupun muayyidat dengan hubungan-hubungannya.
þ Dapat menyebutkan contoh-contoh penyelesaian masalah aktual secara Islami dalam bidang kehidupan bermasyarakat.
þ Menyadari bahwa Islam merupakan sistem hidup yang lengkap dan sempurna sehingga termotivasi untuk memasukinya.

Sinopsis :
Islam merupakan agama yang syumul (sempurna) berarti lengkap, menyeluruh dan mencakup segala hal yang diperlukan bagi panduan hidup manusia. Kesempurnaan Islam ini ditandai dengan syumuliyatuz zamaan (sepanjang masa), syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) dan  syumuliyatul makan (semua tempat).
Islam sebagai syumuliyatuz zamaan (sepanjang masa) dibuktikan dengan ciri risalah nabi Muhammad saw sebagai kesatuan risalah dan nabi pentutup. Islam yang dibawa nabi Muhammad saw dilaksanakan sepanjang masa hingga hari kiamat.
Islam sebagai syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) melingkupi beberapa aspek lengkap yang terdapat dalam Islam itu sendir, misalnya jihad dan da’wah (sebagai penyokong Islam), akhlaq dan ibadah (sebagai bangunan Islam) dan aqidah (sebagai asas Islam). Aspek-aspek ini menggambarkan kelengkapan Islam sebagai agama.
Islam sebagai syumuliyatul makan (semua tempat) karena Allah menciptakan manusia dan alam semesta ini sebagai satu kesatuan. Pencipta alam ini hanya Allah saja. Karena berasal dari satu pencipta, maka semua dapat dikenakan aturan dan ketentuan kepadaNya.
Hasiyah :
Ringkasan Dalil :
Syumuliatul islam (QS. 2 : 208).
Syumuliyatuz zamaan (QS. 2 : 208):
§ risalah yang satu (QS. 29 : 90, 34 : 28, 21 : 107)
§ penutup para nabi (QS. 33 : 42)
Syumuliyatul minhaj :
§ asas aqidah (syahadatain dan rukun iman)
§ bangunan Islam : ibadah, rukun islam (sholat, shiyam, zakat haji), akhlaq
§ penyokong/penguat : jihad (QS. 29 : 6,69, 47 : 31)atau amar ma’ruf nahi munkar (QS. 3 : 104, 7 : 99, 9 : 112) dan da’wah (QS. 16 : 125, 41 : 33)
Syumuliyatul makan (QS. 22 : 40)
§ kesatuan pencipta (QS. 2 : 163-164)
§ kesatuan alam (QS. 2 : 29, 67 : 15)


D.3.3.  SYUMULIYATUL ISLAM

Sasaran :
þ Memahami gambaran menyeluruh dari Islam sebagai asas bina, maupun muayyidat dengan hubungan-hubungannya.
þ Dapat menyebutkan contoh-contoh penyelesaian masalah aktual secara Islami dalam bidang kehidupan bermasyarakat.
þ Menyadari bahwa Islam merupakan sistem hidup yang lengkap dan sempurna sehingga termotivasi untuk memasukinya.

Sinopsis :
Islam adalah agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya adalah Islam mencakup seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu Islam sangat sesuai dijadikan sebagai pedoman hidup. Di antara kelengkapan Islam yang digambarkan dalam Al Qur’an adalah mencakup konsep keyakinan (QS. 2 : 255), moral (QS. 7 : 99), tingkah laku (QS. 2 : 138), perasaan (QS. 30 : 30), pendidikan (QS. 2 : 151, 3 :162, 62 : 2), sosial (QS. 24 : 7), politik (QS. 3 : 85-86, 12 : 40), ekonomi (QS. 9 : 60, 103, 59 : 7), militer (QS. 8 : 60, 9 : 5-8), hukum/perundang-undangan (QS. 4 : 65).

Hasiyah :
Ringkasan Dalil :
Islam sebagai pedoman hidup :
§ konsep keyakinan (QS. 2 : 255)
§ moral (QS. 7 : 99)
§ tingkah laku (QS. 2 : 138)
§ perasaan (QS. 30 : 30)
§ pendidikan (QS. 2 : 151, 3 :162, 62 : 2)
§ sosial (QS. 24 : 7)
§ politik (QS. 3 : 85-86, 12 : 40)
§ ekonomi (QS. 9 : 60, 103, 59 : 7)
§ militer (QS. 8 : 60, 9 : 5-8)
§ hukum/perundang-undangan (QS. 4 : 65)


D.4.1.  ISLAM AKHLAQUN

Sasaran :
þ Memahami Islam sebagai sistem akhlaq dan mampu membedakan dengan sistem moral lainnya.
þ Mampu meninggalkan akhlaq tercela dari kehidupannya.
þ Berusaha mengaplikasikan akhlaqul karimah sebagai cermin keimanannya kepada Allah dan RasulNya.

Sinopsis :
Islam memiliki sistem akhlaq yang mampu membedakan dengan sistem moral lainnya buatan manusia. Sebab akhlaq Islam berpedoman kepada Al Qur’an, yang mengajarkan hubungan Allah sebagai khaliq kepada manusia sebagai makhluq. Akhlaq adalah tingkah laku makhluq yang diridhai oleh Khaliq. Hubungan manusia kepada Allah adalah akhlaq. Bentuk-bentuk hubungan akhlaq adalah : akhlaq kepada Allah (QS. 2 : 186), akhlaq kepada diri sendiri (QS. 2 : 44), akhlaq kepada sesama manusia (QS. 2 : 83, 31 : 17-19), akhlaq kepada alam sekitar (QS. 11 : 61, 7 : 56). Inti dari ajaran akhlaq adalah melepaskan diri dari perbuatan tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan mulia.

Hasiyah :
Ringkasan Dalil :
Bentuk-bentuk akhlaq :
§ Akhlaq kepada Allah (QS. 2 : 186)
§ Akhlaq kepada diri sendiri (QS. 2 : 44)
§ Akhlaq kepada sesama manusia (QS. 2 : 83, 31 : 17-19)
§ Akhlaq kepada alam sekitar (QS. 11 : 61, 7 : 56)

D.4.2.  ISLAM FIKRATAN

Sasaran :
þ Memahami Islam sebagai fikrah yang sesuai dengan fithrah dan bashirah manusia.
þ Menyadari bahwa hanya islamlah yang dapat memberikan jawaban yang benar tentang ketuhanan, kenabian, peribadatan, alam semesta, manusia dan hakikat kehidupan.
þ Termotivasi untuk menerapkan ‘amal islami berlandaskan fikrah islamiyah di tengah masyarakat.

Sinopsis :
Manusia yang diciptakan Allah terbagai menjadi muslim dan kafir. Realitas ini menunjukkan bahwa terdapat manusia yang membawa kebenaran dan ada yang membawa kebatilan. Perbenturan akan selalu berlku di antara keduanya karena landasan yang digunakan untuk berfikir dan bertindak adalah berbeda. Islam adalah sumber fikrah dan kepadanya seorang Muslim merujukkan kerangka fikirnya. Di lain pihak, kaum kuffar merujuk kepada hawa nafsunya. Islam yang haq, jelas, tetap dan sempurna tak akan dapat ditandingi oleh kebatilan.
Muslim yang beriman menjadikan bashirah sebagai sumber fikrahnya, sedangkan kuffar menjadikan hawa nafsu sebagai sumber fikrahnya. Manusia, baik ia seorang muslim ataupun kafir, memahami sesuatu yang ada disekitarnya berlandaskan keyakinannya. Hal sedemikian juga jga berkeneaan dalam memahami Allah, risalah, ibadah, alam semesta, manusia dan kehidupan.
Muslim yang beriman dalam memandang segala sesuatu selalu mendayagunakan bashirahnya sehingga selalu muncul tashawur yang sahih, yang berimplikasi kepada munculnya fikrah yang islami. Hal ini yang mengantarkan terwujudnya amal-amal islami. Sebaliknya, pihak kuffar mendasari fikrahnya dari hawa nafsu yang bersifat berubah-ubah dan temporal untuk memenuhi kebutuhan materialisme dan hedonisme saja, sehingga memunculkan tashawur yang salah/rusak. Hal ini yang menghasilkan fikrah jahiliyah dan amal jahili.

Hasiyah :

Ringkasan Dalil :
§ Dua bentuk sumber fikrah : kekufuran dengan hawa nafsu dan imen dengan bashirah. Semua dalam rangka memahamai 6 hakikat besar : Allah, risalah ibadah, alam semesta, manusia dan kehidupan.
§ Kekufuran membentuk tashawur yang salah : memunculkan pemikiran jahiliyah, dalam ideologi jahiliyah, diaplikasiakan dalam tingkah laku dan dinamika jahiliyah.
§ Keimanan membentuk tashawur yang benar : memunculkan pemikiran islami, dalam fikrah islamiyah, diaplikasiakan dalam amal Islami dan harakah islamiyah.


D.5.  ISLAM DIINUL HAQ

Sasaran :
þ Memahami pengertian ad diin dan mampu menjelaskan kesalahpahaman masyarakat atas pengertian ad diin.
þ Membuktikan berdasarkan dalil aqli dan dalil naqli bahwa : Islam adalah diinul haq dan selainnya pastilah diinul baathil.
þ Menyadari bahwa Islam sebagai diinul haq adalah petunjuk yang lurus danmembawa keridhaan Allah. Di lain pihak, selain Islam adalah sumber keahiliyahan yang membawa kepada kesesatan dan kemurkaan Allah.

Sinopsis :
Hasiyah :
Ringkasan Dalil :
§ Allah yang Maha Pencipta (QS.10 : 4, 61 : 9, 67 :3)
§ Allah yang Maha Mengetahui (QS. 61 : 14, 36 :79)
§ Allah yang Maha Bijaksana (QS.59 : 24, 61 : 1, 62 :1)
§ Allah adalah Al Haq (QS.10 : 32, 22 : 62)
§ Diinullah adalah Diinul Haq (QS.  9 : 33, 48 : 28, 61 : 9)
§ Islam (QS. 3 : 19, 85) membawa kepada petunjuk (QS.  6 : 153, 1 : 5-6)
§ Selain Allah adalah makhluq (QS.  22 : 73, 16 : 17) yang sangat bodoh (QS. 3 : 73) yang berorientai kepada zhan (QS. 10 : 36, 6 : 116)
§ Selain Allah adalah bathil (QS. 10 : 32, 22 : 62), berarti (membuat) selain diinullah merupakan diinul baathil yaitu kejahiliyahan (QS. 5 : 50, 39 : 64) yang menyeru kepada kesesatan (QS. 1 : 7, 2 : 120, 6 : 153).


D.6.  TABIATUD DIINUL ISLAM

Sasaran :
þ Memahami sifat-sifat diinul Islam yang menjadi ciri khas penampilannya sepanjang sejarah.
þ Dapat memberikan dalil naqli dan dalil aqli bagi setiap sifat tersebut serta menyebutkan contoh-contohnya.
þ Menyadari peranannya dalam perjuangan Islam dengan upaya menampilkan ciri-ciri tersebut pada dirinya, keluarga maupun masyarakat.

Sinopsis :
Hasiyah :
Al Ikhlas wa Al Fithrah - mukhlis wa hanif.
Al Qayyimu wa Al Minhaj - qayyimun minhajiyun
Al Ahkamu wa Al Akhlaq - husnu al khuluq wa al hakim
An Nazhafat wa Thaharah - nazhiifun thahuurun
Al ‘Ilmu wa Al ‘Amal - ‘aliimun ‘amiilun
Al ‘Ilmu wa Al Fikr - ‘aliimun mufakkirun
Al ‘Amal wa Al Amal - ‘amilun mutafailun
Al Quwwatu wa Al Mas’uliyah - qawiyun amiin
Al ‘Izzah wa Ar Rahmah - ‘aziizun rahiimun
Ad Daulah wa Al ‘Ibaadah - siyasiyun ‘abid
As Saifu wa Mashaf - mujahidun rabbani
Al Harakah wa Al Minhaj - harakiyun minhajiyun
Keseluruhannya merupakan pribadi Islami


Ringkasan Dalil :
Karakteristik Diin Al Islam :
§ Diin yang bersih dari syirik dan sesuai dengan fitrah; membentuk pribadi mukhlis dan hanif (QS. 39 : 2,11,14, 7 : 172, 30 : 30).
§ Diin yang penuh dengan tatanan nilai dan konsep; membentuk pribadi yang bermutu dan bermanhaj (QS. 36 : 1-2, 43 : 4).
§ Diin akhlaq/moral dan hukum; membentuk pribadi yang berakhlaq dan bijaksana (QS. 4 : 36, 105). 
§ Diin kebersihan dan kesucian; membentuk pribadi yang bersih dan suci (QS. 9 : 108).
§ Diin ilmu dan amal; membentuk pribadi yang berilmu dan aktif bekerja (QS. 47 : 19, 2 : 44) 
§ Diin ilmu dan pemikiran; membentuk pribadi yang berilmu dan pemikir (QS. 9 : 122).
§ Diin kerja dan harapan; membentuk pekerja yang optimis (QS. 9 : 105, 46 : 19, 4 : 123-124).
§ Diin yang kuat dan bertanggung jawab; membentuk pribadi yang teguh dan dapat dipercaya (QS. 28 : 26).
§ Diin yang bermartabat dan penyayang; membentuk pribadi yang berprestise dan santun (QS. 9 : 128, 49 : 10).
§ Diin daulah dan ‘ibadah; membentuk politikus yang ‘abid (QS. 73 : 20).
§ Diin pedang dan Al Qur’an; membentuk pribadi mujahid yang robbani (QS. 9 : 111, 3 : 79).
§ Diin harakah dan minhaj; membentuk pribadi mutaharrik yang minhaji (QS. 9 : 38-39, 16 : 125, 12 : 108).
§ Keseluruhannya merupakan pribadi islami. (QS. 3 : 110)

D.7.  AL ‘AMAL AL ISLAMI

Sasaran :
þ Memahami bahwa interaksinya dengan Islam wajib membentuk keyakinan, pemikiran, perasaan dan akhlaq yang Islami.
þ Memahami bahwa amal islami hanya terbentuk dar kondisi yang islami melalui tarbiyah dan da’wah serta harokah dan jihad.
þ Menyadari bahwa nilai ‘amal islami merupakan ibadah yang akan membentuk ketaqwaan dan memperoleh tamkin dari Allah yang ditunjukkan dengan bukti dalam bentuk kepercayaan dan amanah.

Sinopsis :
Bertaamul dengan Islam akan membentuk : keyakinan (i’tiqadi), fikrah, perasaan (syu’uriy) dan akhlaq yang akan mewujudkan kondisi yang islami (maudhu’ islamiy) dan kemudian membentuk sikap yang islami (mauqifu  islamiy). Sikap yang islami berarti memiliki kecenderungan yang positif terhadap nilai-nilai Islam sehingga dapat menimbulkan amal islami yang berbentuk tarbiyah dan da’wah serta harokah dan jihad. Semua amal ini adalah ibadah kepada Allah dan ditujukan hanya kepada Allah saja sehingga mengapai derajat taqwa. Amal islami mendapat pembuktian dari Allah yang berbentuk kepercayaan (tsiqah), pertolongan dan amanah. Kesemuanya ini diperlukan dalam rangka memperoleh eksistensi.

Hasiyah :
Ringkasan Dalil :
§ Bertaamul dengan Islam akan membentuk : keyakinan (i’tiqadi), fikrah, perasaan (syu’uriy) dan akhlaq yang akan mewujudkan kondisi yang islami (maudhu’ islamiy) (QS. 59 : 9) dan kemudian membentuk sikap yang islami (mauqifu  islamiy) (QS. 59 : 10, 3 : 146-147).
§ Amal islami berbentuk tarbiyah dan da’wah (QS. 41 : 33) serta harokah dan jihad (QS. 4 : 71, 76, 8 : 45-46). Semua amal ini merupakan ibadah kepada Allah saja (QS. 16 : 36) untuk mengapai derajat taqwa (QS. 2 : 21, 8 : 29). Amal islami mendapat pembuktian dari Allah (QS. 11 : 17) yang berbentuk kepercayaan (tsiqah) (QS. 21 : 105), pertolongan (QS. 47 :7) dan amanah (QS. 4 : 58).
§ Kesemuanya ini diperlukan dalam rangka memperoleh eksistensi (QS. 24 : 55).




MA’RIFATUL INSAN

E.1. TA’RIFATUL INSAN

Sasaran :
þ Memahami pengertian manusia sebagai makhluq yang terdiri dari ruh dan jasad yangdimuliakan oleh Allah dengan tugas ‘ibadah dan kedudukan sebagai khilafah di muka bumi.
þ Memahami potensi dan kelebihan manusia dari pada makhluq lainnya pada hati, akal dan jasadnya.

Sinopsis :
Manusia adalah makhluq Allah yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluq lainnya, yaitu hati, akal dan jasadnya. Dengan hati manusia dapat ber’azam, denga akal dapat berilmu dan dengan jasad manusia dapat beramal. Kelebihan dan kemuliaan manusia ini disediakan oleh Allah untuk menjalankan amanah yaitu ‘ibadah dan khilafah di muka bumi. Peranan dan tugas yang diamalkan ini akan mendapatkan balasan yang setimpal.

Hasiyah :
¨  Manusia (insan)
Dalil : tanah (QS. 32 : 7-8, 15 : 28), ruh (QS. 32 : 9, 15 : 29)
¨  Hati (qalb)
Dalil : manusia membentuk kemauan/keputusan berdasarkan keyakinan (QS 17 :36), kehendak (QS. 18 : 29). Kebebasan memilih (QS. 90 : 10)
¨  Akal
Dalil : mampu membentuk pengetahuan (QS. 17 : 36, 67 : 10)
¨  Jasad
Dalil : untuk beramal (QS. 9 : 105)
¨  Amanah
Dalil : manusia diberi amanah untuk menjalankan ibadah (QS. 83 : 72) & fungsi kekhilafahan (QS. 2 : 31).
¨  Balasan
Dalil : manusia menerima balasan pahala (QS. 84 : 25, 16 : 97, 95 :8)

E.2. HAKIKATUL INSAN

Sasaran :
þ Memahami kedudukan manusia sebagai makhluq yang lemah dan bagaimana dengan kelemahan itu dapat digapai kemuliaan.
þ Memahami tugas yang dibebankan kepada manusia, pilihan yang benar dalam tugas tersebut dan tanggung jawab bagi pelaksanaannya atau pengingkarannya.

Sinopsis :
Hakikat manusia - menurut Allah selaku Khaliq - adalah sebagai makhluq, dimuliakan, diberikan beban, bebas memilih dan bertanggung jawab. Manusia sebagai makhluq bersifat fitrah : lemah, bodoh dan faqir.
Manusia diberikan kemuliaan karena mamiliki ruh, keistimewaan dan ditundukkannya alam baginya. Manusia juga dibebankan Allah swt untuk beribadah dan menjalankan peranan sebagai khalifah di bumi yang mengatur alam dan seisinya.
Manusia pada hakikatnya diberikan kesempatan memilih antara beriman atau kafir, tidak seperti makhluq lainnya yang hanya ada satu pilihan saja yaitu hanya berislam. Manusia bertanggung jawab atas pelaksanaan bebanan yang diberikan baginya berupa : surga bagi yang beramal islami atau neraka bagi yang tidak beramal islami.

Hasiyah :
Hakikat manusia :
¨  Yang diciptakan.
Dalil : berada dalam fitrah (QS. 30 : 30), bodoh (QS. 33 : 72), lemah (QS. 4 : 28) dan fakir (QS. 35 : 15).
¨  Yang dimuliakan
Dalil : ditiupkan ruh (QS. 32 : 9), memiliki keistimewaan (QS. 17 : 70), ditundukkannya alam baginya (QS. 45 : 12, 2 : 29, 67 : 15).
¨  Yang menanggung beban
Dalil : ibadah (QS. 51 : 56), khilafah (QS. 2 : 30, 11 : 62).
¨  Yang bebas memilih
Dalil : bebas memilih iman atau kufur (QS. 90 : 10, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29).
¨  Yang mendapat balasan
Dalil : bertanggung jawab (QS. 17 : 36, 53 : 38-41, 102 : 8), berakibat syurga (QS. 32 : 19, 2 : 25, 22 : 14) atau neraka (QS. 32 : 20, 2 : 24).

E.3. TOKOH INSAN

Sasaran :
þ Memahami bahwa potensi pendengaran, penglihatan dan hati (akal) akan dimintai pertanggungjawaban dalam melaksanakan ibadah.
þ Memahami bahwa melaksanakan tugas ibadah akan mempertahankan posisi kekhilafahannya.
þ Memahami dan menyadari bahwa khianat/tidak melaksanakan tugas ibadah akan berakibat kepada diri sendiri

Sinopsis :
Potensi manusia yang terdiri dari pendengaran, penglihatan dan hati (akal) merupakan instrumen yang diberikan oleh Allah untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankanNya. Sebab dengan semuanya itu manusia dapat memperoleh kelebihan-kelebihan sehingga dapat menjalankan amanah : beribadah dan manjalankan fungsi kekhilafahan. Dengan kekhilafahan ini, manusia mendayagunakan potensinya tersebut untuk membimbing alam. Bagi mereka yang khianat terhadap segenap potensi yang diberikanNya tersebut, ia akan mendapat kerugian dan Allah swt memberi julukan kepada mereka : bagaikan hewan ternak, seperti anjing, seperti monyet, seperti babi, seperti kayu, seperti batu, seperti laba-laba dan seperti keledai.

Hasiyah :
¨  Potensi manusia
Dalil : pendengaran, penglihatan dan hati (akal)
¨  Mas’uliyah
Manusia dengan segenap potensi dan kelebihan-kelebihan harus bertanggung jawab dan menyadari perannya. Tugas/amanah yang dibebankan sebagai refleksi atas potensi dan kelebihan-kelebihan yang telah diterimanya itu adalah beribadah, tetapi tidak semua manusia bersedia menerima amanah ini dan sebagian menolaknya.
Dalil : dengan ketiga potensi dan kelebihan-kelebihan lainnya manusia mendapat tugas beribadah (QS. 2 : 21, 51 : 56)
¨  Khilafah
Bagi yang menyadari potensi-potensi yang telah diberikan dan beribadah kepada Allah (berislam) maka status khilafah disandangnya. Khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi ia hanya bertindak selaku pemelihara alam yang Allah telah ciptakan. Maka mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam dan tidak menentangNya.
Dalil :
§ menjadikan kewajiban, bersikap amanah, memperoleh kedudukan khilafah (QS. 24 : 55, 48 : 29)
§ makna khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi hanya pemelihara (QS. 35 : 13, 40 : 24-25, 53)
§ mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam (QS. 76 : 30, 26 : 68)
§ tidak menentang terhadap aturanNya (QS. 100 : 6-11)
¨  Lalai
Mereka yang lalai tidak menyadari potensi yang telah diberikan kepadanya dan tidak bertanggung jawab, akan mendapatkan kerugianyang amat besar, bahkan dianggap setara dengan makhluq yang lebih rendah derajatnya; tidak bernilai di sisi Allah swt.
¨  Dalil : lalai dari kewajiban, bersikap khianat berarti
§ bagaikan hewan ternak (QS. 7 : 179, 45 : 2, 25 : 43-44)
§ seperti anjing (QS. 7 : 176)
§ seperti monyet (QS. 5 : 60)
§ seperti babi (QS. 63 : 4)
§ seperti kayu (QS. 2 : 74)
§ seperti batu (QS. 29 : 41)
§ seperti laba-laba (QS. 62 : 5)
§ seperti keledai

E.4. NAFSUL INSAN

Sasaran :
þ Memahami kedudukan ruh dan hawa nafsu yang mempengaruhi jiwa manusia hingga menimbulkan kondisi-kondisi kejiwaan.
þ Memahami bahwa dzikir, akal atau syahwat dapat menimbulkan tiga nafsu jiwa : muthmainnah, lawwaamah dan amarah.
þ Termotivasi untuk meningkatkan keimanan dan ruhul jihad sehingga menggapai nafsu muthmainnah.

Sinopsis :
Nafsu manusia senantiaa berubah-ubah bergantung kepada sejauh mana kekuatan ruh saling tarik dengan hawa nafsu. Pertempuran selalu berlaku bagi keduanya. Manusia yang ruh (islam)nya dapat menekan hawa nasunya dengan dzikrullah, maka ia memiliki nafsul muthma’innah.

Hasiyah :
Nafsu manusia
Dalil :   nafsu manusia (QS. 91 : 7-10)
Ruh di atas hawa nafsu
Dalil :   ruh menguasai hawa nafsu (QS. 29 : 45)
              berorientasi dzikr (QS. 3 : 191, 13 : 28)
              jiwa yang tenang (QS. 89 : 27-30)
Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu
Dalil :   ruh senantiasa tarik menarik dengan hawa nafsu (QS. 4 : 137, 143)
              berorientasi akal/akal-akalan (QS. 2 : 9)
              jiwa yang selalu menyesali dirinya (QS. 75 : 2)
Ruh di bawah pengaruh hawa nafsu
Dalil :   ruh dibawah pengaruh dan dikuasai hawa nafsu (QS. 25 : 43, 45 : 23)
              berorientasi syahwat (QS. 3 : 14)
              jiwa yang selalu menyuruh kepada kejahatan (QS. 12 : 53)

E.5. SIFATUL INSAN

Sasaran :
þ Memahami dua jalan yang diberikan Allah kepada manusia melalui jiwanya.
þ Memahami bahwa untuk meningkatkan kualitas taqwa ia harus beribadah dengan senantiasa mensucikan jiwa.
þ Termotivasi untuk meninggalkan sifat buruk yang membawa kepada maksiat.

Sinopsis :
Jiwa manusia diberi dua jalan pilihan : taqwa dan fujur. Manusia bertaqwa adalah manusia yang selalu membersihkan dirinya (tazkiatun nafs) sehingga muncul pada diri mereka sifat syukur, shabar, penyantun, penyayang, bijaksana, taubat, lemah lembut, jujur dan dapat dipercaya, lalu berakhir kepada kejayaan. Manusia yang menempuh jalan fujur, dominan dalam memperturutkan syahwatnya, cenderung bersifat tergesa-gesa, berkeluh kesah, gelisah, dusta, bakhil, kufur, berbantah-bantahan, zalim, jahil, merugi dan bermuara kepada kefatalan.

Hasiyah :
¨  Nafsul insan
Dalil : jiwa manusia diberi dua jalan pilihan (QS. 90 : 10, 91 : 8, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29)
¨  Taqwa
Dalil : tazkiatun nafz (QS. 91 : 8, 87 : 14-15, 62 : 4) akan memperoleh kejayaan (QS. 87 : 14-15)
¨  Fujur
Dalil :
§ mengotori jiwa (QS. 91 : 10)
§ memperturut ketergesa-gesaan  (QS. 17 : 11, 21 : 37)
§ berkeluh kesah (QS. 70 : 19)
§ gelisah (QS. 70 : 20)
§ dusta (QS. 17 : 100)
§ bakhil (QS. 14 : 34)
§ kufur (QS. 14 : 13)
§ susah payah (QS. 90 : 4)
§ berdebat (QS. 18 : 54)
§ berbantah-bantahan
§ zalim
§ jahil
§ merugi
§ bermuara kepada kefatalan

E.6. HAKIKATUL IBADAH

Sasaran :
þ Memahami hakikat beribadah kepada Allah.
þ Memahami makna dan tujuan ibadah sebagai tujuan kehidupan manusia.
þ Termotivasi untuk menjadikan selurh aspek kehidupannya untuk diabdikan kepada Allah.

Sinopsis :
Hakikat beribadah kepada Allah adalah meng-ilah-kan Allah dan mengingkari thaghut; ini adalah tugas bagi kehidupan manusia. Motivasi beribadah adalah mensyukuri atas seluruh nikmat yang telah diberikanNya kepada kita dan merasakan keagungan Allah swt melalui ciptaanNya di alam semesta.
Ibadah yang dilakukan bertujuan menghinakan diri, kecintaan dan ketundukan. Ibadah dilakukan dengan penuh harap dan rasa takut.

Hasiyah :
¨  Sumber pelaksanaan ibadah
Dalil :merasakan banyaknya nikmat Allah swt (QS. 16 : 18, 55 : 13, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 31 : 20, 14 : 7) dan merasakan keagungan Allah swt (QS. 7 : 54, 67 : 1)
¨  Ibadah
Dalil : Ibadah bertujuan merendahkan diri (QS. 7 : 55), kecintaan (QS. 2 : 165), ketundukan (QS. 4 : 125)
¨  Takut dan harap
Dalil : Ibadah dilakukan dengan takut (QS. 7 : 55-56, 9 : 13, 33 : 39, 2 : 41) & harap (QS. 21 : 90, 94 : 8)

E.7. SYUMULIYATUL IBADAH

Sasaran :
þ Memahami integralitas ibadah dalam Islam.
þ Dapat menyebutkan bentuk-bentuk ibadah tersebut secara garis besar dalam berbagai lapangan kehidupan.
þ Termotivasi menjadikan seluruh gerak hidupnya sebagai pengabdian kepada Allah.

Sinopsis :
Ibadah dalam Islam bersifat integral dan komprehensif, karena memiliki beberapa aspek yang merangkum berbagai persoalan kehidupan.
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh permasalahan diin, seperti masalah yang wajib, mandub, mubah, dsb.
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh permasalahan kehidupan seperti ‘amal shalih, membangun bumi, menegakkan diin.
Ibadah dalam Islam juga mencakup selurh keadaan manusia yang berkaitan dengan hati, akal dan anggota tubuh.


E.8. QOBULUL IBADAH

Sasaran :
þ Memahami syarat-syarat dikabulkannya ibadah.
þ Dapat melaksanakan syarat-syarat tersebut.
þ Termotivasi untuk senantiasa mengikuti minhaj.

Sinopsis :
Agar dikabukan/diterima Allah swt., ibadah harus memenuhi beberapa persyaratan. Ibadah terbagi menjadi dua bagian : ibadah mahdhah (ritual) dan ibadah ghairu mahdhah (non ritual). Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus dengan syarat : niat yang benar, disyari’atkan, dengan berpedoman pada cara tertentu. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah memiliki ciri-ciri : niat ikhlash, tergolong aktivitas amal shalih, wajib mengikuti pedoman (As Sunnah) tetapi dalam segi cara perlu berlandaskan pula kepada situasi dan keadaan..

Hasiyah :
1.  Ibadah
a)  Ibadah mahdhah
Dalil : syarat-syaratnya adalah
§ niat yang benar  (QS. 98 : 5, 39 : 11, 14)
§ disyariatkan (QS. 59 : 7)
§ mengikuti cara (As Sunnah)
§ wajib ittiba’ dalam konsep maupun caranya (QS. 7 : 157)
b)  Ibadah ghairu mahdhah
Dalil : syarat-syaratnya adalah
§ niat yang benar  (QS. 98 : 5, 39 : 11, 14)
§ termasuk ‘amal shalih (QS. 103 : 3, 95 : 8)
§ wajib ittiba’ dalam konsep (QS. 3 : 31)

E.9. NATAIJUL IBADAH

Sasaran :
þ Memahami makna ibadah salimah.
þ Memahami unsur-unsur yang dihasilkan dan wajib diwujudkan dalam beribadah secara benar.
þ Memahami hubungan antara ibadah salimah dengan taqwa.

Sinopsis :
Nataijul ibadah (buah/hasil dari ibadah) adalah taqwa. Bagaimana cara agar ibadah-ibadah yang kita lakukan berbuah taqwa ? Prinsip-prinsip yang harus diwujudkan : iman kepada Allah, berislam, bertindak ihsan, tawakal atas segala urusan, cinta kepada Allah dan rasulNya, menumbuhkan harap atas ibadah yang dilakukannya, ibadah diiringi rasa taku kepadaNya, mengiringi ikhtiar dengan do’a, ibadah dilakukan dengan khusyu’. Ibadah dengan melaksanakan prinsip-prinsip sedemikian insya Allah mendapatkan hasil taqwa.

Dalil : ibadah salimah dapat menghantarkan kepada buah taqwa apabila pencapaiannya melalui
§ iman (QS. 4 : 136)
§ islam (QS. 2 : 112)
§ ihsan (QS. 16 : 97, 2 : 195)
§ tawakal (QS. 11 : 88)
§ cinta (QS. 2 : 165)
§ berharap (QS. 2 : 218, 18 : 110)
§ taat (QS. 76 : 7)
§ berdo’a (QS. 25 : 77)
§ khusyu’ (QS. 2 : 45-46)
               
E.10. NATAIJUT TAQWA

Sasaran :
þ Memahami makna taqwa dan jalan untuk mencapainya.
þ Memahami keutamaan yang diperoleh di dunia dan di akhirat bagi orang yang bertaqwa.
þ Termotivasi untuk menggapai derajat taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menajuhi laranganNya.

Sinopsis :
Ibadah menghasilkan taqwa. Sedangkan taqwa akan menghasilkan kebaikan di dunia di antaranya adalah ‘izzah, furqan, keberkahan, jalan keluar, rizqi, kemudahan. Hasil kebaikan di akhirat bagi orang bertaqwa meliputi dihapuskannya kesalahan, diberi ampunan dan pahala yang besar.

Hasiyah :
¨  Furqan
Dengan taqwa, Allah swt akan memberikan kepada kita furqan yaitu kemampuan membedakan dan memisahkan antara yang haq dengan yang batil, mana yang perlu diikuti dan mana yang tidak.
Dalil : furqan (QS. 98 : 29)
¨  Barakah
Bagi orang yang beriman dan bertaqwa, Allah swt akan melimpahkan barakah, yaitu kehidupan yang memiliki faedah bagi makhluq disekelilingnya sehingga menjadikan hidup tenang dan tenteram.
Dalil : barakah (QS. 7 : 96)
¨  Makhraja
Jalan keluar (makhraja) adalah juga sesuatu yang dilimpahkan Allah swt kepada orang yang beriman dan bertaqwa. Setiap kesulitan hidup yang dijumpainya dapat teratasi dengan hadirnya petunjuk jalan keluar dari Allah swt. Kemudahan ini hanya diperoleh bagi mereka yang bertaqwa, bersungguh-sungguh dan bertawakkal.
Dalil : makhraja (QS. 65 : 2)
¨  Rizqi
Rizqi yang halal akan dirasakan nikmat sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Bila sedikit akan bershabar atau jika banyak malah bersyukur, sehingga kesemuanya bukanlah fitnah yang menyulitkan.
Dalil : rizqi (QS. 65 :3)
¨  Kemudahan
Kemudahan akan ditampakkan sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Dengan bertaqwa kepada Allah swt, bisa saja diturunkan secara langsung ataupun dihadirkan dalam bentuk ketenangan jiwa dan kedamaian berislam, sehingga kesemuanya dirasakan bukanlah sebagai masalah.
Dalil : kemudahan (QS. 65 : 9)
¨  Kebaikan di dunia
Kebaikan dan kenikmatan di dunia bagi orang yang bertaqwa adalah barakah, jalan keluar, rizqi dan kemudahan.
Dalil : kebaikan di dunia (QS. 2 : 200)
¨  Kebaikan di akhirat
Kebaikan dan kenikmatan di akhirat bagi orang yang bertaqwa adalah dihapuskannya kesalahan yang dikerjakan, diampuni dosanya dan ganjaran pahala yang besar.
Dalil : kebaikan di akhirat , ampunan dan pahala yang besar (QS. 6 : 65)

E.11. TAWAZUN

Sasaran :
þ Memahami bahwa peranan fitrah manusia dalam memelihara pribadi sangat ditentukan oleh sikap tawazun yang diatur dalam Islam.
þ Menyadari perlunya pemenuhan konsumsi ruh, akal dan jasad secara seimbang sesuai bimbingan Allah.
þ Termotivasi untuk meningkatkan keimanan, pengetahuan dan kesehatan dengan aktif di dunia da’wah serta dunia ilmu pengetahuan dan dunia usaha yang islami.

Sinopsis :
Manusia diciptakan Allah dalam keadaan fitrah yang bersifat hanif kepada Islam. Salah satu sifat fitrah itu adalah menjaga keseimbangan antara ruh, akal dan jasad.
Keperluan jasad adalah makan, istirahat dan olah raga. Memenuhi keperluan jasad berarti menyeimbangkan konsumsi jasad agar tidak sakit. Keperluan akal adalah ilmu. Memenuhi keperluan akal berarti menuntut ilmu agar tidak bodoh dan merugi. Sedangkan keperluan ruh adalah dzikrullah. 
Ketiganya harus dikelola sescara seimbang agar mendapatkan kenikmatan lahir dan batin.

Hasiyah :
¨  Fitrah hanif
Allah swt menciptakan manusia secara fitrah dan diberikan kecenderungan yang hanif kepada sesuatu yang baik, sehingga dapat menilai mana yang baik dan man yang buruk khususnya kepada nilai-nilai yang universal. Fitrah sedemikian ini perlu dijaga dan jangan sampai tertutup kepada maksiat dan dosa sehingga firahnya tak lagi berfungsi dengan baik dalam menilai.
Dalil : manusia fitrah (QS. 30 : 30, 7 : 712, 75 : 14) lurus (QS. 30 : 30)
¨  Tawazun
Allah swt menciptakan alam tanpa ada satupun yang tidak seimbang (tidak proporsional). Keseimbangan manusia adalah proporsionalnya konsumsi dan fungsi ruh, akal dan jasad.
Dalil : seimbang (QS. 55 : 7, 9)
¨  Jasad
Manusia diperintahkan mengkonsumsi makanan yang baik yang dibutuhkan jasad dan menjauhi makanan yang haram dan merusak jasad. Arahan ini adalah agar jasad dapat difungsikan dengan optimal bagi ibadah.
Dalil : gizi tubuh, makanan dan kesehatan (QS. 2 : 168)
¨  Akal
Allah swt menyuruh kita untuk mendayagunakan akal fikiran untuk :
merespon ilham dari peristiwa alam
mendekatkan diri kepada Allah
Dalil : akal, gizi akal, ilmu (QS. 96 : 1, 55 : 1-4)
¨  Ruh
Ketenteraman dan kedamaian ruh adalah hasil dari mengkonsumsi gizi ruh : dzikrullah.
Dalil : ruh, gizi ruh, dzikrullah (QS. 73 : 1-20, 13 : 28, 3 : 191)
¨  Nikmat
Terpenuhinya konsumsi ketiga hal tersebut bagi manusia menakibatkan hadirnya kenikmatan zhahir dan batin
Dalil : dengan terpenuhinya konsumis ketiganya akan didapat nikmat zhahir dan batin (QS. 31 : 20).

E.12. RISALATUL INSAN

Sasaran :
þ Memahami bahwa tugas khilafah adalah imarah dan ri’ayah dengan ber-amar ma’ruf nahi munkar; mampu menyebutkan bagaimana menumbuhkannya.
þ Memahami unsur-unsur yang dipelihara dalam tugas-tugas kekhilafahan sehingga mampu menyebutkan contoh-contoh perbandingannya dengan konsep jahiliyah.
þ Mampu menyebutkan syarat-syarat umum untuk mencapai fungsi khilafah.

Sinopsis :
Manusia diciptakan Allah swt untuk beribadah kepadaNya sehingga dari ibadah itu muncul ketaqwaan. Dengan taqwa, seorang mu’min memperoleh izzah bagi peranan khilafah alam dan manusia.
Tugas khalifah di muka bumi adalah membangun (al imarah) dan memelihara (ar ri’aayah) - dengan cara amar ma’ruf nahi munkar - atas 5 hal : diin, nafs, akal, maal dan nasl.
Syarat untuk menggapai fungsi kekhilafahan : kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan jihad.

E.13. BINAUL IZZAH

Sasaran :
þ Memahami bahwa menegakkan fungsi khilafah harus dengan mewujudkan kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan jihad.
þ Memahami cara penumbuhan dan pemeliharaan setiap bagian dari kekuatan itu secara benar dan  terarah.
þ Termotivasi untuk begabung dengan jama’ah Islam dalam rangka merealisasikan terwujudnya kekuatan ini.

Sinopsis :
Membangun prestise (binaa-ul ‘izzah) perlu dilakukan dengan cara menjelaskan dan membangkitkan perkara-perkara yang ada pada manusia, individu muslim dan ummat islam.
Sebagai manusia, kita harus memiliki kelebihan yang dapat dibanggakan; kebanggaan yang meninggikan derajat manusia dibandingkan makhluq lainnya, seperti : kemuliaan dari Allah, diutamakan oleh Allah, diberikan amanah oleh Allah.
Sebagai individu muslim, aqidah adalah kebanggaannya dan ibadah dengan hasil taqwa adalah penampilannya sehingga Allah swt memberikan status mulia disisiNya.
Sebagai ummat islam, izzah jama’ah akan diperoleh bila ummat islam memiliki iman, shidq, , tsiqah, wala’, tha’at, iltizam, barakah dan quwwah. Sikap izzah akan melahirkan independensi, kreatif, percaya diri dan agresif dalm mengembangkan diri.
Allah menghendaki agar kita tak boleh lemah dan berduka, sebab kita adalah orang-orang yang berprestise jika kita beriman.

Dalil :

‘Izzah adalah milik Allah, rasulNya dan orang mu’min (QS. 63 : 8, 3 : 139)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar