D.1.
MAKNA ISLAM
Sasaran
Pembelajaran :
þ
Memahami
dasar-dasar yang membentuk istilah Islam serta mampu membedakan dari
dasar-dasar konsep hidup yang lain.
þ
Memahami
bahwa Islam adalah tunduk kepada wahyu yang diturunkan kepada para nabi sebagai
aturan yang merupakan jalan lurus menuju keselamatan kehidupan dunia dan
akhirat.
þ
Menyadari
bahwa Islam adalh pedoman hidup dari Allah yang tinggi dan tiada kerendahan di
dalamnya.
Sinopsis :
Islam secara
etimologis memiliki makna :
§
menundukkan wajah (QS. 4 : 125)
§
berserah diri (QS. 3 : 83)
§
suci, bersih (QS. 26 : 89)
§
selamat, sejahtera (QS. 6 : 54)
§
perdamaian (QS 47 :35)
Dengan
pengertian secara etimologis ini dapat disimpulkan bahwa Islam memiliki sifat
yang dibawanya yaitu berserah diri dan wujud perdamaian. Manakala kalimat Islam
didalam Al Qur’an disebut disebut sebagai diin
(QS. 3 : 19, 85) yang berarti suatu manhaj. Sistem dan aturan hidup yang
menyeluruh dan lengkap. Dengan demikian, kalimat Islam adalah ketundukkan,
wahyu ilahi (QS. 53 :4, 21 :7), diin keselamatan
dunia-akhirat. Kesimpulan dari makna-makna tersebut : Islam adalah panduan
hidup yang lengkap bagi manusia, dengan berserah diri dan tunduk maka ia akan
mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian dunia dan akhirat. Akhirnya, Rasulullah bersabda
bahwa Islam itu tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya. Islam itu tinggi
dan akan dimenangkan ke atas semua agama, kepercayaan dan ideologi (QS. 48 :
28, 9 : 33).
Ringkasan dalil
:
Makna Etimologis
Islam
§
menundukkan wajah (QS. 4 : 125)
§
berserah diri (QS. 3 : 83)
§
suci, bersih (QS. 26 : 89)
§
selamat, sejahtera (QS. 6 : 54)
§
perdamaian (QS 47 :35)
Kalimat Islam
sebagai Diin (QS. 3 : 19, 85)
§
tunduk
§
wahyu ilahi (QS. 53 :4, 21 :7)
§
diin para nabi dan rasul (QS. 2
: 136, 3 : 84)
§
hukum-hukum Allah (QS. 5 :
48-50)
§
jalan yang lurus (QS. 6 : 153)
§
keselamatan dunia akhirat (QS.
16 : 97, 2 : 200, 28 : 77)
Islam tinggi dan
tak ada kerendahan di dalamnya.
D.2.
ISLAM WA SUNNATULLAH
Sasaran :
þ
Memahami
dan menyadari fithrah alam semesta yang mengikuti sunnatullah : Islam adalah
asas alam semesta.
þ
Memahami
bahwa syari’at Muhammad saw adalah sunnatullah yang sesuai dengan sifat alam
semesta tersebut.
þ
Menyadari
bahwa menerima Islam adalah kembali kepada fithrah, sedangkan menolak Islam
berarti menolak fithrah manusia dan alam semesta.
Sinopsis :
Allah swt
sebagai khaliq memiliki kewajiban dan hak mutlak untuk menentukan aturan bagi
kepentingan dan kebaikan manusia serta makhluq lainnya. Aturan yang Allah
tentukan berupa Islam dan mendatangkan rasul sebagi uswah dan teladan yang
diperuntukkan bagi manusia. Mereka yang mengikuti aturan tersebut disebut
adalah Muslim dan yang tidak mengikutinya disebut kafir.
Allah swt selain
menciptakan manusia juga menciptakan alam semesta dan seisinya. Ketertiban,
keteraturan dan keselamatan perjalanan kehidupan alam ini berlaku dengan sunnah
kauniyah yang Allah berikan kepadanya. Seluruh alam semesta tunduk, bersujud,
bertahmid dan berislam kepadaNya. Alam semesta tak ada yang kafir, mereka
semuanya muslim dan berserah diri kepada Allah dengan mengikuti segala
aturannya.
Islam merupakan
sunnatullah dan ditetapkan kepada alam dan manusia. Sunnatullah kepada alam
bersifat mutlak, langgeng dan kontinyu yang merupakan taqdir kauni dalam tunduk
kepada Allah. Sedangkan sunnatullah kepada manusia berupa hidayah yang Allah
berikan. Hidayah inipun bergantung kepada kehendak dan ikhtiar manusia serta
merupakan taqdir syar’i. Kemudian sikap manusia terbagi menjadi dua :
menerimanya (muslim) dan menolaknya (kafir).
Hasiyah :
Ringkasan Dalil
:
§
Allah pencipta (QS. 59 : 23)
yang menciptakan alam (QS. 25 : 2) dan menentukan aturan (QS. 25 : 2, 54 : 59,
15 : 20).
§
Seluruh alam semesta sujud,
tasbih, tahmid (QS. 13 : 15, 22 : 18, 6 : 50, 59 : 1, 64 : 1, 24 : 41, 17 : 44)
§
Al Khaliq menurunkan taqdir
syar’I (QS. 6 : 153, 45 : 18).
§
Islam sebagai Diin (3 : 19, 85)
§
Rasul sebagai contoh
pelaksanaan diin kepada manusia (QS. 33 : 21)
§
Ada yang menerima (disebut
muslim) sesuai dengan alam semesta, ada yang menolak (disebut kafir) subversif
di alam semesta.
§
Akam semesta memiliki sifat
tunduk kepada Allah secara mutlak
D.3.1. SYUMULIYATUL ISLAM
Sasaran :
þ
Memahami
sifat-sifat dasar Islam sebagai diin yang sempurna, penuh nikmat, diridhai dan
sesuai dengan fithrah.
þ
Memahami
sifat interaksi yang tepat dengan sifat-sifat Islam tersebut.
þ
Menyadari
Islam sebagai suatu kekuatan lahir batin.
Sinopsis :
Islam memiliki
sifat-sifat dasar yaitu kesempurnaan, penuh nikmat, diridhai dan sesuai dengan
fithrah.
Sebagai agama,
sifat-sifat ini dapat dipertanggungjawabkan dan menjadikan pengikutnya dan
penganutnya tenang, selamat dan bahagia.
Muslim menjadi
selamat karena Islam diciptakan sebagai diin yang sempurna. Ketenangan yang
dirasakan seorang Muslim karena Allah memberikan segenap rasa nikmat kepada
penganut Islam, lalu kepada mereka yang mengamalkan Islam karena sesuai dengan
fithrahnya.
Hasiyah :
Ringkasan Dalil
:
Sifat-sifat
Islam :
§
Diinul Kamil (QS. 3 : 5),
aqidah tetap (QS. 2 : 133, 21 : 7), syari’at tetap dan fleksibel (QS. 2: 286, 5
: 3).
§
Diinul Ni’mat (QS. 3 : 5),
akal(QS. 31 : 20), fithrah (QS. 30 : 30), tradisi (QS. 49 : 7) sehingga Islam
merupakan kebutuhan.
§
Diinur Ridha (QS. 3 : 5) dalam
memeluk (QS. 49 : 15) dan komitmen (QS. 48 : 50) sehingga diterima Allah dengan
penuh keridhaan dan diridhai (QS. 89 : 27-28).
§
Diinul Fithrah (QS. 30 : 30)
berjalan sesuai fithrah : menjaga (QS. 24 : 30, 33 : 59), memelihara(QS. 24 :
32), mengembangkan dan mengarahkan (QS. 4 : 1-2).
§
Diin yang kuat dan tak
terkalahkan
D.3.2. SYUMULIYATUL ISLAM
Sasaran :
þ
Memahami
gambaran menyeluruh dari Islam sebagai asas bina, maupun muayyidat dengan
hubungan-hubungannya.
þ
Dapat
menyebutkan contoh-contoh penyelesaian masalah aktual secara Islami dalam
bidang kehidupan bermasyarakat.
þ
Menyadari
bahwa Islam merupakan sistem hidup yang lengkap dan sempurna sehingga
termotivasi untuk memasukinya.
Sinopsis :
Islam merupakan
agama yang syumul (sempurna) berarti lengkap, menyeluruh dan mencakup segala
hal yang diperlukan bagi panduan hidup manusia. Kesempurnaan Islam ini ditandai
dengan syumuliyatuz zamaan (sepanjang masa), syumuliyatul minhaj (mencakup
semuanya) dan syumuliyatul makan (semua
tempat).
Islam sebagai
syumuliyatuz zamaan (sepanjang masa) dibuktikan dengan ciri risalah nabi
Muhammad saw sebagai kesatuan risalah dan nabi pentutup. Islam yang dibawa nabi
Muhammad saw dilaksanakan sepanjang masa hingga hari kiamat.
Islam sebagai
syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) melingkupi beberapa aspek lengkap yang
terdapat dalam Islam itu sendir, misalnya jihad dan da’wah (sebagai penyokong
Islam), akhlaq dan ibadah (sebagai bangunan Islam) dan aqidah (sebagai asas
Islam). Aspek-aspek ini menggambarkan kelengkapan Islam sebagai agama.
Islam sebagai
syumuliyatul makan (semua tempat) karena Allah menciptakan manusia dan alam
semesta ini sebagai satu kesatuan. Pencipta alam ini hanya Allah saja. Karena
berasal dari satu pencipta, maka semua dapat dikenakan aturan dan ketentuan
kepadaNya.
Hasiyah :
Ringkasan Dalil
:
Syumuliatul
islam (QS. 2 : 208).
Syumuliyatuz
zamaan (QS. 2 : 208):
§
risalah yang satu (QS. 29 : 90,
34 : 28, 21 : 107)
§
penutup para nabi (QS. 33 : 42)
Syumuliyatul
minhaj :
§
asas aqidah (syahadatain dan
rukun iman)
§
bangunan Islam : ibadah, rukun
islam (sholat, shiyam, zakat haji), akhlaq
§
penyokong/penguat : jihad (QS.
29 : 6,69, 47 : 31)atau amar ma’ruf nahi munkar (QS. 3 : 104, 7 : 99, 9 : 112)
dan da’wah (QS. 16 : 125, 41 : 33)
Syumuliyatul
makan (QS. 22 : 40)
§
kesatuan pencipta (QS. 2 :
163-164)
§
kesatuan alam (QS. 2 : 29, 67 :
15)
D.3.3. SYUMULIYATUL ISLAM
Sasaran :
þ
Memahami
gambaran menyeluruh dari Islam sebagai asas bina, maupun muayyidat dengan
hubungan-hubungannya.
þ
Dapat
menyebutkan contoh-contoh penyelesaian masalah aktual secara Islami dalam
bidang kehidupan bermasyarakat.
þ
Menyadari
bahwa Islam merupakan sistem hidup yang lengkap dan sempurna sehingga
termotivasi untuk memasukinya.
Sinopsis :
Islam adalah
agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya adalah Islam mencakup
seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu Islam
sangat sesuai dijadikan sebagai pedoman hidup. Di antara kelengkapan Islam yang
digambarkan dalam Al Qur’an adalah mencakup konsep keyakinan (QS. 2 : 255),
moral (QS. 7 : 99), tingkah laku (QS. 2 : 138), perasaan (QS. 30 : 30),
pendidikan (QS. 2 : 151, 3 :162, 62 : 2), sosial (QS. 24 : 7), politik (QS. 3 :
85-86, 12 : 40), ekonomi (QS. 9 : 60, 103, 59 : 7), militer (QS. 8 : 60, 9 :
5-8), hukum/perundang-undangan (QS. 4 : 65).
Hasiyah :
Ringkasan Dalil
:
Islam sebagai
pedoman hidup :
§
konsep keyakinan (QS. 2 : 255)
§
moral (QS. 7 : 99)
§
tingkah laku (QS. 2 : 138)
§
perasaan (QS. 30 : 30)
§
pendidikan (QS. 2 : 151, 3
:162, 62 : 2)
§
sosial (QS. 24 : 7)
§
politik (QS. 3 : 85-86, 12 :
40)
§
ekonomi (QS. 9 : 60, 103, 59 :
7)
§
militer (QS. 8 : 60, 9 : 5-8)
§
hukum/perundang-undangan (QS. 4
: 65)
D.4.1. ISLAM AKHLAQUN
Sasaran :
þ
Memahami
Islam sebagai sistem akhlaq dan mampu membedakan dengan sistem moral lainnya.
þ
Mampu
meninggalkan akhlaq tercela dari kehidupannya.
þ
Berusaha
mengaplikasikan akhlaqul karimah sebagai cermin keimanannya kepada Allah dan
RasulNya.
Sinopsis :
Islam memiliki
sistem akhlaq yang mampu membedakan dengan sistem moral lainnya buatan manusia.
Sebab akhlaq Islam berpedoman kepada Al Qur’an, yang mengajarkan hubungan Allah
sebagai khaliq kepada manusia sebagai makhluq. Akhlaq adalah tingkah laku
makhluq yang diridhai oleh Khaliq. Hubungan manusia kepada Allah adalah akhlaq.
Bentuk-bentuk hubungan akhlaq adalah : akhlaq kepada Allah (QS. 2 : 186),
akhlaq kepada diri sendiri (QS. 2 : 44), akhlaq kepada sesama manusia (QS. 2 :
83, 31 : 17-19), akhlaq kepada alam sekitar (QS. 11 : 61, 7 : 56). Inti dari
ajaran akhlaq adalah melepaskan diri dari perbuatan tercela dan menghiasi diri
dengan perbuatan mulia.
Hasiyah :
Ringkasan Dalil
:
Bentuk-bentuk
akhlaq :
§
Akhlaq kepada Allah (QS. 2 :
186)
§
Akhlaq kepada diri sendiri (QS.
2 : 44)
§
Akhlaq kepada sesama manusia
(QS. 2 : 83, 31 : 17-19)
§
Akhlaq kepada alam sekitar (QS.
11 : 61, 7 : 56)
D.4.2. ISLAM FIKRATAN
Sasaran :
þ
Memahami
Islam sebagai fikrah yang sesuai dengan fithrah dan bashirah manusia.
þ
Menyadari
bahwa hanya islamlah yang dapat memberikan jawaban yang benar tentang
ketuhanan, kenabian, peribadatan, alam semesta, manusia dan hakikat kehidupan.
þ
Termotivasi
untuk menerapkan ‘amal islami berlandaskan fikrah islamiyah di tengah
masyarakat.
Sinopsis :
Manusia yang
diciptakan Allah terbagai menjadi muslim dan kafir. Realitas ini menunjukkan
bahwa terdapat manusia yang membawa kebenaran dan ada yang membawa kebatilan.
Perbenturan akan selalu berlku di antara keduanya karena landasan yang
digunakan untuk berfikir dan bertindak adalah berbeda. Islam adalah sumber
fikrah dan kepadanya seorang Muslim merujukkan kerangka fikirnya. Di lain
pihak, kaum kuffar merujuk kepada hawa nafsunya. Islam yang haq, jelas, tetap
dan sempurna tak akan dapat ditandingi oleh kebatilan.
Muslim yang
beriman menjadikan bashirah sebagai sumber fikrahnya, sedangkan kuffar
menjadikan hawa nafsu sebagai sumber fikrahnya. Manusia, baik ia seorang muslim
ataupun kafir, memahami sesuatu yang ada disekitarnya berlandaskan
keyakinannya. Hal sedemikian juga jga berkeneaan dalam memahami Allah, risalah,
ibadah, alam semesta, manusia dan kehidupan.
Muslim yang
beriman dalam memandang segala sesuatu selalu mendayagunakan bashirahnya
sehingga selalu muncul tashawur yang sahih, yang berimplikasi kepada munculnya
fikrah yang islami. Hal ini yang mengantarkan terwujudnya amal-amal islami.
Sebaliknya, pihak kuffar mendasari fikrahnya dari hawa nafsu yang bersifat
berubah-ubah dan temporal untuk memenuhi kebutuhan materialisme dan hedonisme
saja, sehingga memunculkan tashawur yang salah/rusak. Hal ini yang menghasilkan
fikrah jahiliyah dan amal jahili.
Hasiyah :
Ringkasan Dalil
:
§
Dua bentuk sumber fikrah :
kekufuran dengan hawa nafsu dan imen dengan bashirah. Semua dalam rangka
memahamai 6 hakikat besar : Allah, risalah ibadah, alam semesta, manusia dan
kehidupan.
§
Kekufuran membentuk tashawur
yang salah : memunculkan pemikiran jahiliyah, dalam ideologi jahiliyah,
diaplikasiakan dalam tingkah laku dan dinamika jahiliyah.
§
Keimanan membentuk tashawur
yang benar : memunculkan pemikiran islami, dalam fikrah islamiyah,
diaplikasiakan dalam amal Islami dan harakah islamiyah.
D.5. ISLAM DIINUL HAQ
Sasaran :
þ
Memahami
pengertian ad diin dan mampu menjelaskan kesalahpahaman masyarakat atas
pengertian ad diin.
þ
Membuktikan
berdasarkan dalil aqli dan dalil naqli bahwa : Islam adalah diinul haq dan
selainnya pastilah diinul baathil.
þ
Menyadari
bahwa Islam sebagai diinul haq adalah petunjuk yang lurus danmembawa keridhaan
Allah. Di lain pihak, selain Islam adalah sumber keahiliyahan yang membawa
kepada kesesatan dan kemurkaan Allah.
Sinopsis :
Hasiyah :
Ringkasan Dalil
:
§
Allah yang Maha Pencipta (QS.10
: 4, 61 : 9, 67 :3)
§
Allah yang Maha Mengetahui (QS.
61 : 14, 36 :79)
§
Allah yang Maha Bijaksana
(QS.59 : 24, 61 : 1, 62 :1)
§
Allah adalah Al Haq (QS.10 :
32, 22 : 62)
§
Diinullah adalah Diinul Haq
(QS. 9 : 33, 48 : 28, 61 : 9)
§
Islam (QS. 3 : 19, 85) membawa
kepada petunjuk (QS. 6 : 153, 1 : 5-6)
§
Selain Allah adalah makhluq
(QS. 22 : 73, 16 : 17) yang sangat bodoh
(QS. 3 : 73) yang berorientai kepada zhan (QS. 10 : 36, 6 : 116)
§
Selain Allah adalah bathil (QS.
10 : 32, 22 : 62), berarti (membuat) selain diinullah merupakan diinul baathil
yaitu kejahiliyahan (QS. 5 : 50, 39 : 64) yang menyeru kepada kesesatan (QS. 1
: 7, 2 : 120, 6 : 153).
D.6. TABIATUD DIINUL ISLAM
Sasaran :
þ
Memahami
sifat-sifat diinul Islam yang menjadi ciri khas penampilannya sepanjang
sejarah.
þ
Dapat
memberikan dalil naqli dan dalil aqli bagi setiap sifat tersebut serta
menyebutkan contoh-contohnya.
þ
Menyadari
peranannya dalam perjuangan Islam dengan upaya menampilkan ciri-ciri tersebut
pada dirinya, keluarga maupun masyarakat.
Sinopsis :
Hasiyah :
Al Ikhlas wa Al
Fithrah - mukhlis wa hanif.
Al Qayyimu wa Al
Minhaj - qayyimun minhajiyun
Al Ahkamu wa Al
Akhlaq - husnu al khuluq wa al hakim
An Nazhafat wa
Thaharah - nazhiifun thahuurun
Al ‘Ilmu wa Al
‘Amal - ‘aliimun ‘amiilun
Al ‘Ilmu wa Al
Fikr - ‘aliimun mufakkirun
Al ‘Amal wa Al
Amal - ‘amilun mutafailun
Al Quwwatu wa Al
Mas’uliyah - qawiyun amiin
Al ‘Izzah wa Ar
Rahmah - ‘aziizun rahiimun
Ad Daulah wa Al
‘Ibaadah - siyasiyun ‘abid
As Saifu wa
Mashaf - mujahidun rabbani
Al Harakah wa Al
Minhaj - harakiyun minhajiyun
Keseluruhannya
merupakan pribadi Islami
Ringkasan Dalil
:
Karakteristik
Diin Al Islam :
§
Diin yang bersih dari syirik
dan sesuai dengan fitrah; membentuk pribadi mukhlis dan hanif (QS. 39 :
2,11,14, 7 : 172, 30 : 30).
§
Diin yang penuh dengan tatanan
nilai dan konsep; membentuk pribadi yang bermutu dan bermanhaj (QS. 36 : 1-2,
43 : 4).
§
Diin akhlaq/moral dan hukum;
membentuk pribadi yang berakhlaq dan bijaksana (QS. 4 : 36, 105).
§
Diin kebersihan dan kesucian;
membentuk pribadi yang bersih dan suci (QS. 9 : 108).
§
Diin ilmu dan amal; membentuk
pribadi yang berilmu dan aktif bekerja (QS. 47 : 19, 2 : 44)
§
Diin ilmu dan pemikiran;
membentuk pribadi yang berilmu dan pemikir (QS. 9 : 122).
§
Diin kerja dan harapan;
membentuk pekerja yang optimis (QS. 9 : 105, 46 : 19, 4 : 123-124).
§
Diin yang kuat dan bertanggung
jawab; membentuk pribadi yang teguh dan dapat dipercaya (QS. 28 : 26).
§
Diin yang bermartabat dan
penyayang; membentuk pribadi yang berprestise dan santun (QS. 9 : 128, 49 :
10).
§
Diin daulah dan ‘ibadah;
membentuk politikus yang ‘abid (QS. 73 : 20).
§
Diin pedang dan Al Qur’an;
membentuk pribadi mujahid yang robbani (QS. 9 : 111, 3 : 79).
§
Diin harakah dan minhaj;
membentuk pribadi mutaharrik yang minhaji (QS. 9 : 38-39, 16 : 125, 12 : 108).
§
Keseluruhannya merupakan
pribadi islami. (QS. 3 : 110)
D.7. AL ‘AMAL AL ISLAMI
Sasaran :
þ
Memahami
bahwa interaksinya dengan Islam wajib membentuk keyakinan, pemikiran, perasaan
dan akhlaq yang Islami.
þ
Memahami
bahwa amal islami hanya terbentuk dar kondisi yang islami melalui tarbiyah dan
da’wah serta harokah dan jihad.
þ
Menyadari
bahwa nilai ‘amal islami merupakan ibadah yang akan membentuk ketaqwaan dan
memperoleh tamkin dari Allah yang ditunjukkan dengan bukti dalam bentuk
kepercayaan dan amanah.
Sinopsis :
Bertaamul dengan
Islam akan membentuk : keyakinan (i’tiqadi),
fikrah, perasaan (syu’uriy) dan
akhlaq yang akan mewujudkan kondisi yang islami (maudhu’ islamiy) dan kemudian membentuk sikap yang islami (mauqifu
islamiy). Sikap yang islami berarti memiliki kecenderungan yang
positif terhadap nilai-nilai Islam sehingga dapat menimbulkan amal islami yang
berbentuk tarbiyah dan da’wah serta harokah dan jihad. Semua amal ini adalah
ibadah kepada Allah dan ditujukan hanya kepada Allah saja sehingga mengapai
derajat taqwa. Amal islami mendapat pembuktian dari Allah yang berbentuk
kepercayaan (tsiqah), pertolongan dan
amanah. Kesemuanya ini diperlukan dalam rangka memperoleh eksistensi.
Hasiyah :
Ringkasan Dalil
:
§
Bertaamul dengan Islam akan
membentuk : keyakinan (i’tiqadi), fikrah, perasaan (syu’uriy) dan akhlaq yang
akan mewujudkan kondisi yang islami (maudhu’ islamiy) (QS. 59 : 9) dan kemudian
membentuk sikap yang islami (mauqifu
islamiy) (QS. 59 : 10, 3 : 146-147).
§
Amal islami berbentuk tarbiyah
dan da’wah (QS. 41 : 33) serta harokah dan jihad (QS. 4 : 71, 76, 8 : 45-46).
Semua amal ini merupakan ibadah kepada Allah saja (QS. 16 : 36) untuk mengapai
derajat taqwa (QS. 2 : 21, 8 : 29). Amal islami mendapat pembuktian dari Allah
(QS. 11 : 17) yang berbentuk kepercayaan (tsiqah) (QS. 21 : 105), pertolongan
(QS. 47 :7) dan amanah (QS. 4 : 58).
§
Kesemuanya ini diperlukan dalam
rangka memperoleh eksistensi (QS. 24 : 55).
MA’RIFATUL INSAN
E.1.
TA’RIFATUL INSAN
Sasaran :
þ
Memahami
pengertian manusia sebagai makhluq yang terdiri dari ruh dan jasad
yangdimuliakan oleh Allah dengan tugas ‘ibadah dan kedudukan sebagai khilafah
di muka bumi.
þ
Memahami
potensi dan kelebihan manusia dari pada makhluq lainnya pada hati, akal dan
jasadnya.
Sinopsis :
Manusia adalah makhluq Allah yang terdiri dari ruh dan jasad yang
dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluq lainnya, yaitu
hati, akal dan jasadnya. Dengan hati manusia dapat ber’azam, denga akal dapat
berilmu dan dengan jasad manusia dapat beramal. Kelebihan dan kemuliaan manusia
ini disediakan oleh Allah untuk menjalankan amanah yaitu ‘ibadah dan khilafah
di muka bumi. Peranan dan tugas yang diamalkan ini akan mendapatkan balasan
yang setimpal.
Hasiyah :
¨
Manusia (insan)
Dalil : tanah (QS. 32 : 7-8, 15 : 28),
ruh (QS. 32 : 9, 15 : 29)
¨
Hati (qalb)
Dalil : manusia membentuk
kemauan/keputusan berdasarkan keyakinan (QS 17 :36), kehendak (QS. 18 : 29).
Kebebasan memilih (QS. 90 : 10)
¨
Akal
Dalil : mampu membentuk pengetahuan
(QS. 17 : 36, 67 : 10)
¨
Jasad
Dalil : untuk beramal (QS. 9 : 105)
¨
Amanah
Dalil : manusia diberi amanah untuk
menjalankan ibadah (QS. 83 : 72) & fungsi kekhilafahan (QS. 2 : 31).
¨
Balasan
Dalil : manusia menerima balasan pahala
(QS. 84 : 25, 16 : 97, 95 :8)
E.2.
HAKIKATUL INSAN
Sasaran :
þ
Memahami
kedudukan manusia sebagai makhluq yang lemah dan bagaimana dengan kelemahan itu
dapat digapai kemuliaan.
þ
Memahami
tugas yang dibebankan kepada manusia, pilihan yang benar dalam tugas tersebut
dan tanggung jawab bagi pelaksanaannya atau pengingkarannya.
Sinopsis :
Hakikat manusia - menurut Allah selaku Khaliq - adalah sebagai
makhluq, dimuliakan, diberikan beban, bebas memilih dan bertanggung jawab.
Manusia sebagai makhluq bersifat fitrah : lemah, bodoh dan faqir.
Manusia diberikan kemuliaan karena mamiliki ruh, keistimewaan dan
ditundukkannya alam baginya. Manusia juga dibebankan Allah swt untuk beribadah
dan menjalankan peranan sebagai khalifah di bumi yang mengatur alam dan
seisinya.
Manusia pada hakikatnya diberikan kesempatan memilih antara beriman
atau kafir, tidak seperti makhluq lainnya yang hanya ada satu pilihan saja
yaitu hanya berislam. Manusia bertanggung jawab atas pelaksanaan bebanan yang
diberikan baginya berupa : surga bagi yang beramal islami atau neraka bagi yang
tidak beramal islami.
Hasiyah :
Hakikat manusia
:
¨
Yang diciptakan.
Dalil : berada dalam fitrah (QS. 30 :
30), bodoh (QS. 33 : 72), lemah (QS. 4 : 28) dan fakir (QS. 35 : 15).
¨
Yang dimuliakan
Dalil : ditiupkan ruh (QS. 32 : 9),
memiliki keistimewaan (QS. 17 : 70), ditundukkannya alam baginya (QS. 45 : 12,
2 : 29, 67 : 15).
¨
Yang menanggung beban
Dalil : ibadah (QS. 51 : 56), khilafah
(QS. 2 : 30, 11 : 62).
¨
Yang bebas memilih
Dalil : bebas memilih iman atau kufur
(QS. 90 : 10, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29).
¨
Yang mendapat balasan
Dalil : bertanggung jawab (QS. 17 : 36,
53 : 38-41, 102 : 8), berakibat syurga (QS. 32 : 19, 2 : 25, 22 : 14) atau
neraka (QS. 32 : 20, 2 : 24).
E.3.
TOKOH INSAN
Sasaran :
þ
Memahami
bahwa potensi pendengaran, penglihatan dan hati (akal) akan dimintai
pertanggungjawaban dalam melaksanakan ibadah.
þ
Memahami
bahwa melaksanakan tugas ibadah akan mempertahankan posisi kekhilafahannya.
þ
Memahami
dan menyadari bahwa khianat/tidak melaksanakan tugas ibadah akan berakibat
kepada diri sendiri
Sinopsis :
Potensi manusia yang terdiri dari pendengaran, penglihatan dan hati
(akal) merupakan instrumen yang diberikan oleh Allah untuk dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawab yang dibebankanNya. Sebab dengan semuanya itu manusia
dapat memperoleh kelebihan-kelebihan sehingga dapat menjalankan amanah :
beribadah dan manjalankan fungsi kekhilafahan. Dengan kekhilafahan ini, manusia
mendayagunakan potensinya tersebut untuk membimbing alam. Bagi mereka yang
khianat terhadap segenap potensi yang diberikanNya tersebut, ia akan mendapat
kerugian dan Allah swt memberi julukan kepada mereka : bagaikan hewan ternak,
seperti anjing, seperti monyet, seperti babi, seperti kayu, seperti batu,
seperti laba-laba dan seperti keledai.
Hasiyah :
¨
Potensi manusia
Dalil : pendengaran, penglihatan dan
hati (akal)
¨
Mas’uliyah
Manusia dengan segenap potensi dan
kelebihan-kelebihan harus bertanggung jawab dan menyadari perannya.
Tugas/amanah yang dibebankan sebagai refleksi atas potensi dan
kelebihan-kelebihan yang telah diterimanya itu adalah beribadah, tetapi tidak
semua manusia bersedia menerima amanah ini dan sebagian menolaknya.
Dalil : dengan ketiga potensi dan
kelebihan-kelebihan lainnya manusia mendapat tugas beribadah (QS. 2 : 21, 51 :
56)
¨
Khilafah
Bagi yang menyadari potensi-potensi
yang telah diberikan dan beribadah kepada Allah (berislam) maka status khilafah
disandangnya. Khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi ia hanya bertindak
selaku pemelihara alam yang Allah telah ciptakan. Maka mendayagunakan alam dan
menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam
dan tidak menentangNya.
Dalil :
§
menjadikan kewajiban, bersikap
amanah, memperoleh kedudukan khilafah (QS. 24 : 55, 48 : 29)
§
makna khilafah bukan berarti
pemilik asal, tetapi hanya pemelihara (QS. 35 : 13, 40 : 24-25, 53)
§
mendayagunakan alam dan
menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam
(QS. 76 : 30, 26 : 68)
§
tidak menentang terhadap
aturanNya (QS. 100 : 6-11)
¨
Lalai
Mereka yang lalai tidak menyadari
potensi yang telah diberikan kepadanya dan tidak bertanggung jawab, akan
mendapatkan kerugianyang amat besar, bahkan dianggap setara dengan makhluq yang
lebih rendah derajatnya; tidak bernilai di sisi Allah swt.
¨
Dalil : lalai dari kewajiban,
bersikap khianat berarti
§
bagaikan hewan ternak (QS. 7 :
179, 45 : 2, 25 : 43-44)
§
seperti anjing (QS. 7 : 176)
§
seperti monyet (QS. 5 : 60)
§
seperti babi (QS. 63 : 4)
§
seperti kayu (QS. 2 : 74)
§
seperti batu (QS. 29 : 41)
§
seperti laba-laba (QS. 62 : 5)
§
seperti keledai
E.4.
NAFSUL INSAN
Sasaran :
þ
Memahami
kedudukan ruh dan hawa nafsu yang mempengaruhi jiwa manusia hingga menimbulkan
kondisi-kondisi kejiwaan.
þ
Memahami
bahwa dzikir, akal atau syahwat dapat menimbulkan tiga nafsu jiwa :
muthmainnah, lawwaamah dan amarah.
þ
Termotivasi
untuk meningkatkan keimanan dan ruhul jihad sehingga menggapai nafsu
muthmainnah.
Sinopsis :
Nafsu manusia senantiaa berubah-ubah bergantung kepada sejauh mana
kekuatan ruh saling tarik dengan hawa nafsu. Pertempuran selalu berlaku bagi
keduanya. Manusia yang ruh (islam)nya dapat menekan hawa nasunya dengan
dzikrullah, maka ia memiliki nafsul muthma’innah.
Hasiyah :
Nafsu manusia
Dalil : nafsu manusia (QS. 91
: 7-10)
Ruh di atas hawa nafsu
Dalil : ruh menguasai hawa
nafsu (QS. 29 : 45)
berorientasi
dzikr (QS. 3 : 191, 13 : 28)
jiwa yang tenang
(QS. 89 : 27-30)
Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu
Dalil : ruh senantiasa tarik
menarik dengan hawa nafsu (QS. 4 : 137, 143)
berorientasi
akal/akal-akalan (QS. 2 : 9)
jiwa yang selalu
menyesali dirinya (QS. 75 : 2)
Ruh di bawah pengaruh hawa nafsu
Dalil : ruh dibawah pengaruh
dan dikuasai hawa nafsu (QS. 25 : 43, 45 : 23)
berorientasi
syahwat (QS. 3 : 14)
jiwa yang selalu
menyuruh kepada kejahatan (QS. 12 : 53)
E.5.
SIFATUL INSAN
Sasaran :
þ
Memahami
dua jalan yang diberikan Allah kepada manusia melalui jiwanya.
þ
Memahami
bahwa untuk meningkatkan kualitas taqwa ia harus beribadah dengan senantiasa
mensucikan jiwa.
þ
Termotivasi
untuk meninggalkan sifat buruk yang membawa kepada maksiat.
Sinopsis :
Jiwa manusia diberi dua jalan pilihan : taqwa dan fujur. Manusia
bertaqwa adalah manusia yang selalu membersihkan dirinya (tazkiatun nafs) sehingga muncul pada diri mereka sifat syukur,
shabar, penyantun, penyayang, bijaksana, taubat, lemah lembut, jujur dan dapat
dipercaya, lalu berakhir kepada kejayaan. Manusia yang menempuh jalan fujur,
dominan dalam memperturutkan syahwatnya, cenderung bersifat tergesa-gesa,
berkeluh kesah, gelisah, dusta, bakhil, kufur, berbantah-bantahan, zalim,
jahil, merugi dan bermuara kepada kefatalan.
Hasiyah :
¨
Nafsul insan
Dalil : jiwa manusia diberi dua jalan
pilihan (QS. 90 : 10, 91 : 8, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29)
¨
Taqwa
Dalil : tazkiatun nafz (QS. 91 : 8, 87
: 14-15, 62 : 4) akan memperoleh kejayaan (QS. 87 : 14-15)
¨
Fujur
Dalil :
§
mengotori jiwa (QS. 91 : 10)
§
memperturut
ketergesa-gesaan (QS. 17 : 11, 21 : 37)
§
berkeluh kesah (QS. 70 : 19)
§
gelisah (QS. 70 : 20)
§
dusta (QS. 17 : 100)
§
bakhil (QS. 14 : 34)
§
kufur (QS. 14 : 13)
§
susah payah (QS. 90 : 4)
§
berdebat (QS. 18 : 54)
§
berbantah-bantahan
§
zalim
§
jahil
§
merugi
§
bermuara kepada kefatalan
E.6.
HAKIKATUL IBADAH
Sasaran :
þ
Memahami
hakikat beribadah kepada Allah.
þ
Memahami
makna dan tujuan ibadah sebagai tujuan kehidupan manusia.
þ
Termotivasi
untuk menjadikan selurh aspek kehidupannya untuk diabdikan kepada Allah.
Sinopsis :
Hakikat beribadah kepada Allah adalah meng-ilah-kan Allah dan
mengingkari thaghut; ini adalah tugas bagi kehidupan manusia. Motivasi
beribadah adalah mensyukuri atas seluruh nikmat yang telah diberikanNya kepada
kita dan merasakan keagungan Allah swt melalui ciptaanNya di alam semesta.
Ibadah yang dilakukan bertujuan menghinakan diri, kecintaan dan
ketundukan. Ibadah dilakukan dengan penuh harap dan rasa takut.
Hasiyah :
¨
Sumber pelaksanaan ibadah
Dalil :merasakan banyaknya nikmat Allah
swt (QS. 16 : 18, 55 : 13, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 31 : 20, 14 : 7) dan
merasakan keagungan Allah swt (QS. 7 : 54, 67 : 1)
¨
Ibadah
Dalil : Ibadah bertujuan merendahkan
diri (QS. 7 : 55), kecintaan (QS. 2 : 165), ketundukan (QS. 4 : 125)
¨
Takut dan harap
Dalil : Ibadah dilakukan dengan takut
(QS. 7 : 55-56, 9 : 13, 33 : 39, 2 : 41) & harap (QS. 21 : 90, 94 : 8)
E.7.
SYUMULIYATUL IBADAH
Sasaran :
þ
Memahami
integralitas ibadah dalam Islam.
þ
Dapat
menyebutkan bentuk-bentuk ibadah tersebut secara garis besar dalam berbagai
lapangan kehidupan.
þ
Termotivasi
menjadikan seluruh gerak hidupnya sebagai pengabdian kepada Allah.
Sinopsis :
Ibadah dalam Islam bersifat integral dan komprehensif, karena
memiliki beberapa aspek yang merangkum berbagai persoalan kehidupan.
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh permasalahan diin, seperti
masalah yang wajib, mandub, mubah, dsb.
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh permasalahan kehidupan seperti
‘amal shalih, membangun bumi, menegakkan diin.
Ibadah dalam Islam juga mencakup selurh keadaan manusia yang
berkaitan dengan hati, akal dan anggota tubuh.
E.8.
QOBULUL IBADAH
Sasaran :
þ
Memahami
syarat-syarat dikabulkannya ibadah.
þ
Dapat
melaksanakan syarat-syarat tersebut.
þ
Termotivasi
untuk senantiasa mengikuti minhaj.
Sinopsis :
Agar dikabukan/diterima Allah swt., ibadah harus memenuhi beberapa
persyaratan. Ibadah terbagi menjadi dua bagian : ibadah mahdhah (ritual) dan
ibadah ghairu mahdhah (non ritual). Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus dengan
syarat : niat yang benar, disyari’atkan, dengan berpedoman pada cara tertentu.
Sedangkan ibadah ghairu mahdhah memiliki ciri-ciri : niat ikhlash, tergolong
aktivitas amal shalih, wajib mengikuti pedoman (As Sunnah) tetapi dalam segi
cara perlu berlandaskan pula kepada situasi dan keadaan..
Hasiyah :
1. Ibadah
a) Ibadah mahdhah
Dalil : syarat-syaratnya adalah
§
niat yang benar (QS. 98 : 5, 39 : 11, 14)
§
disyariatkan (QS. 59 : 7)
§
mengikuti cara (As Sunnah)
§
wajib ittiba’ dalam konsep
maupun caranya (QS. 7 : 157)
b) Ibadah ghairu mahdhah
Dalil : syarat-syaratnya adalah
§
niat yang benar (QS. 98 : 5, 39 : 11, 14)
§
termasuk ‘amal shalih (QS. 103
: 3, 95 : 8)
§
wajib ittiba’ dalam konsep (QS.
3 : 31)
E.9.
NATAIJUL IBADAH
Sasaran :
þ
Memahami
makna ibadah salimah.
þ
Memahami
unsur-unsur yang dihasilkan dan wajib diwujudkan dalam beribadah secara benar.
þ
Memahami
hubungan antara ibadah salimah dengan taqwa.
Sinopsis :
Nataijul ibadah (buah/hasil dari ibadah) adalah taqwa. Bagaimana
cara agar ibadah-ibadah yang kita lakukan berbuah taqwa ? Prinsip-prinsip yang
harus diwujudkan : iman kepada Allah, berislam, bertindak ihsan, tawakal atas
segala urusan, cinta kepada Allah dan rasulNya, menumbuhkan harap atas ibadah
yang dilakukannya, ibadah diiringi rasa taku kepadaNya, mengiringi ikhtiar
dengan do’a, ibadah dilakukan dengan khusyu’. Ibadah dengan melaksanakan
prinsip-prinsip sedemikian insya Allah mendapatkan hasil taqwa.
Dalil : ibadah
salimah dapat menghantarkan kepada buah taqwa apabila pencapaiannya melalui
§
iman (QS. 4 : 136)
§
islam (QS. 2 : 112)
§
ihsan (QS. 16 : 97, 2 : 195)
§
tawakal (QS. 11 : 88)
§
cinta (QS. 2 : 165)
§
berharap (QS. 2 : 218, 18 :
110)
§
taat (QS. 76 : 7)
§
berdo’a (QS. 25 : 77)
§
khusyu’ (QS. 2 : 45-46)
E.10.
NATAIJUT TAQWA
Sasaran :
þ
Memahami
makna taqwa dan jalan untuk mencapainya.
þ
Memahami
keutamaan yang diperoleh di dunia dan di akhirat bagi orang yang bertaqwa.
þ
Termotivasi
untuk menggapai derajat taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menajuhi
laranganNya.
Sinopsis :
Ibadah menghasilkan taqwa. Sedangkan taqwa akan menghasilkan
kebaikan di dunia di antaranya adalah ‘izzah, furqan, keberkahan, jalan keluar,
rizqi, kemudahan. Hasil kebaikan di akhirat bagi orang bertaqwa meliputi
dihapuskannya kesalahan, diberi ampunan dan pahala yang besar.
Hasiyah :
¨
Furqan
Dengan taqwa, Allah swt akan memberikan
kepada kita furqan yaitu kemampuan membedakan dan memisahkan antara yang haq
dengan yang batil, mana yang perlu diikuti dan mana yang tidak.
Dalil : furqan (QS. 98 : 29)
¨
Barakah
Bagi orang yang beriman dan bertaqwa,
Allah swt akan melimpahkan barakah, yaitu kehidupan yang memiliki faedah bagi
makhluq disekelilingnya sehingga menjadikan hidup tenang dan tenteram.
Dalil : barakah (QS. 7 : 96)
¨
Makhraja
Jalan keluar (makhraja) adalah juga
sesuatu yang dilimpahkan Allah swt kepada orang yang beriman dan bertaqwa.
Setiap kesulitan hidup yang dijumpainya dapat teratasi dengan hadirnya petunjuk
jalan keluar dari Allah swt. Kemudahan ini hanya diperoleh bagi mereka yang
bertaqwa, bersungguh-sungguh dan bertawakkal.
Dalil : makhraja (QS. 65 : 2)
¨
Rizqi
Rizqi yang halal akan dirasakan nikmat
sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Bila sedikit akan bershabar atau
jika banyak malah bersyukur, sehingga kesemuanya bukanlah fitnah yang
menyulitkan.
Dalil : rizqi (QS. 65 :3)
¨
Kemudahan
Kemudahan akan ditampakkan sebagai
balasan bagi mereka yang bertaqwa. Dengan bertaqwa kepada Allah swt, bisa saja
diturunkan secara langsung ataupun dihadirkan dalam bentuk ketenangan jiwa dan
kedamaian berislam, sehingga kesemuanya dirasakan bukanlah sebagai masalah.
Dalil : kemudahan (QS. 65 : 9)
¨
Kebaikan di dunia
Kebaikan dan kenikmatan di dunia bagi
orang yang bertaqwa adalah barakah, jalan keluar, rizqi dan kemudahan.
Dalil : kebaikan di dunia (QS. 2 : 200)
¨
Kebaikan di akhirat
Kebaikan dan kenikmatan di akhirat bagi
orang yang bertaqwa adalah dihapuskannya kesalahan yang dikerjakan, diampuni
dosanya dan ganjaran pahala yang besar.
Dalil : kebaikan di akhirat , ampunan
dan pahala yang besar (QS. 6 : 65)
E.11.
TAWAZUN
Sasaran :
þ
Memahami
bahwa peranan fitrah manusia dalam memelihara pribadi sangat ditentukan oleh
sikap tawazun yang diatur dalam Islam.
þ
Menyadari
perlunya pemenuhan konsumsi ruh, akal dan jasad secara seimbang sesuai
bimbingan Allah.
þ
Termotivasi
untuk meningkatkan keimanan, pengetahuan dan kesehatan dengan aktif di dunia
da’wah serta dunia ilmu pengetahuan dan dunia usaha yang islami.
Sinopsis :
Manusia diciptakan Allah dalam keadaan fitrah yang bersifat hanif
kepada Islam. Salah satu sifat fitrah itu adalah menjaga keseimbangan antara
ruh, akal dan jasad.
Keperluan jasad adalah makan, istirahat dan olah raga. Memenuhi
keperluan jasad berarti menyeimbangkan konsumsi jasad agar tidak sakit. Keperluan
akal adalah ilmu. Memenuhi keperluan akal berarti menuntut ilmu agar tidak
bodoh dan merugi. Sedangkan keperluan ruh adalah dzikrullah.
Ketiganya harus dikelola sescara seimbang agar mendapatkan
kenikmatan lahir dan batin.
Hasiyah :
¨
Fitrah hanif
Allah swt menciptakan manusia secara
fitrah dan diberikan kecenderungan yang hanif kepada sesuatu yang baik,
sehingga dapat menilai mana yang baik dan man yang buruk khususnya kepada
nilai-nilai yang universal. Fitrah sedemikian ini perlu dijaga dan jangan
sampai tertutup kepada maksiat dan dosa sehingga firahnya tak lagi berfungsi
dengan baik dalam menilai.
Dalil : manusia fitrah (QS. 30 : 30, 7
: 712, 75 : 14) lurus (QS. 30 : 30)
¨
Tawazun
Allah swt menciptakan alam tanpa ada
satupun yang tidak seimbang (tidak proporsional). Keseimbangan manusia adalah
proporsionalnya konsumsi dan fungsi ruh, akal dan jasad.
Dalil : seimbang (QS. 55 : 7, 9)
¨
Jasad
Manusia diperintahkan mengkonsumsi
makanan yang baik yang dibutuhkan jasad dan menjauhi makanan yang haram dan
merusak jasad. Arahan ini adalah agar jasad dapat difungsikan dengan optimal
bagi ibadah.
Dalil : gizi tubuh, makanan dan
kesehatan (QS. 2 : 168)
¨
Akal
Allah swt menyuruh kita untuk
mendayagunakan akal fikiran untuk :
merespon ilham dari peristiwa alam
mendekatkan diri kepada Allah
Dalil : akal, gizi akal, ilmu (QS. 96 :
1, 55 : 1-4)
¨
Ruh
Ketenteraman dan kedamaian ruh adalah
hasil dari mengkonsumsi gizi ruh : dzikrullah.
Dalil : ruh, gizi ruh, dzikrullah (QS.
73 : 1-20, 13 : 28, 3 : 191)
¨
Nikmat
Terpenuhinya konsumsi ketiga hal
tersebut bagi manusia menakibatkan hadirnya kenikmatan zhahir dan batin
Dalil : dengan terpenuhinya konsumis
ketiganya akan didapat nikmat zhahir dan batin (QS. 31 : 20).
E.12.
RISALATUL INSAN
Sasaran :
þ
Memahami
bahwa tugas khilafah adalah imarah dan ri’ayah dengan ber-amar ma’ruf nahi
munkar; mampu menyebutkan bagaimana menumbuhkannya.
þ
Memahami
unsur-unsur yang dipelihara dalam tugas-tugas kekhilafahan sehingga mampu
menyebutkan contoh-contoh perbandingannya dengan konsep jahiliyah.
þ
Mampu
menyebutkan syarat-syarat umum untuk mencapai fungsi khilafah.
Sinopsis :
Manusia diciptakan Allah swt untuk beribadah kepadaNya sehingga dari
ibadah itu muncul ketaqwaan. Dengan taqwa, seorang mu’min memperoleh izzah bagi
peranan khilafah alam dan manusia.
Tugas khalifah di muka bumi adalah membangun (al imarah) dan
memelihara (ar ri’aayah) - dengan cara amar ma’ruf nahi munkar - atas 5 hal :
diin, nafs, akal, maal dan nasl.
Syarat untuk menggapai fungsi kekhilafahan : kekuatan aqidah,
kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan
jihad.
E.13.
BINAUL IZZAH
Sasaran :
þ
Memahami
bahwa menegakkan fungsi khilafah harus dengan mewujudkan kekuatan aqidah,
kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan
jihad.
þ
Memahami
cara penumbuhan dan pemeliharaan setiap bagian dari kekuatan itu secara benar
dan terarah.
þ
Termotivasi
untuk begabung dengan jama’ah Islam dalam rangka merealisasikan terwujudnya
kekuatan ini.
Sinopsis :
Membangun prestise (binaa-ul ‘izzah)
perlu dilakukan dengan cara menjelaskan dan membangkitkan perkara-perkara yang
ada pada manusia, individu muslim dan ummat islam.
Sebagai manusia, kita harus memiliki kelebihan yang dapat
dibanggakan; kebanggaan yang meninggikan derajat manusia dibandingkan makhluq
lainnya, seperti : kemuliaan dari Allah, diutamakan oleh Allah, diberikan
amanah oleh Allah.
Sebagai individu muslim, aqidah adalah kebanggaannya dan ibadah dengan
hasil taqwa adalah penampilannya sehingga Allah swt memberikan status mulia
disisiNya.
Sebagai ummat islam, izzah jama’ah akan diperoleh bila ummat islam
memiliki iman, shidq, , tsiqah, wala’, tha’at, iltizam, barakah dan quwwah.
Sikap izzah akan melahirkan independensi, kreatif, percaya diri dan agresif
dalm mengembangkan diri.
Allah menghendaki agar kita tak boleh lemah dan berduka, sebab kita
adalah orang-orang yang berprestise jika kita beriman.
Dalil :
‘Izzah adalah
milik Allah, rasulNya dan orang mu’min (QS. 63 : 8, 3 : 139)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar